Rabu, 02 Januari 2019

Nyanyikan Lagu Seventeen, Ariel NOAH dan Faank Wali Sedih


Tsunami Anyer yang menelan banyak korban, di antaranya personel band Seventeen, dan istri sang vokalis masih menjadi duka yang mendalam. Bukan hanya Ifan Seventeen yang menjadi saksi mata sekaligus korban yang juga ditinggal pergi orang-orang tercintanya.

Tak sedikit yang berempati terhadap band Seventeen, salah satunya para personel band NOAH. Pada malam pergantian tahun, mereka berkesempatan melantunkan salah satu tembang milik Seventeen saat tampil di Gempita SCTV 2019, di Pantai Karnaval Ancol, Jakarta Utara.

Diakui Ariel, dirinya serta personel NOAH lainnya ikut merasakan kesedihan atas derita yang dialami Ifan Seventeen.

"Ya, pasti kita ikut merasakan sedih, karena kan satu profesi. Risiko-risiko yang kita hadapi juga gitu ya. . Dulu pas kita manggung di Aceh, seminggu setelahnya Aceh ditimpa musibah. Jadi, kita coba ikut merasakan kesedihan lewat berbagai macam cara, termasuk ini (menyanyikan lagu Seventeen)," ungkap Ariel NOAH.

Beri Semangat

Tak hanya lewat lagu, Ariel NOAH memberikan semangat pada Ifan Seventeen. Secara pribadi, Ariel sudah menghubungi Ifan.

"(Komunikasinya) ya paling sebatas teks sih. Karena Ifan-nya kan juga lagi sulit. Artinya lagi susah, jadi sekadar ngasih semangat aja," lanjut mantan kekasih Sophia Latjuba ini.

Ikut Sedih

Bukan hanya Ariel NOAH saja yang merasakan duka atas kepergian personel Seventeen, tapi juga Faank, vokalis band Wali. Bersama NOAH dan Armada, mereka menyanyikan lagu "Jaga Selalu Hatimu".

"Ya, kan lagu itu karya yang luar biasa dari Seventeen. Pastinya ngerasa sedih," tutur Faank, kala ditemui di tempat yang sama.


Selasa, 01 Januari 2019

Pasha Minta ke Jokowi Jadikan 22 Desember Sebagai Hari Duka Musik


Pasha ‘Ungu’ menjelaskan terkait usulan 22 Desember menjadi hari duka musik Indonesia kepada Presiden Joko Widodo. Pasha mengatakan usulan itu sebagai salah satu bentuk untuk menghargai tiga personel band ‘Seventeen’ yang tewas dalam peristiwa tsunami di Banten.

Saya menyampaikan salam hormat kepada saudara2ku sekalian terlebih kepada saudara2ku yg sudah mengapresiasi pendapat inisiatif saya kepada bapak presiden RI @jokowi yg bermaksud agar bilamana dimungkinkan tanggal 22 desember 2018 juga ditetapkan sebagai “hari duka musik indonesia” dimana bertepatan dengan terjadinya bencana tsunami dibanten dan lampung khususnya kawasan pantai carita yang merenggut banyak jiwa baik masyarakat setempat,keluarga,rekan sahabat termasuk diantaranya adalah saudara2 kami tiga personil band seventeen yaitu almarhum herman,bani dan andi,jelas Pasha melalui akun Instagram nya.


Pasha mengatakan usulan hari duka musik Indonesia itu tidak bersifat memaksa. Meski nantinya usulan tersebut ditolak, Pasha mengatakan simpati dan empati terhadap keluarga Seventeen yang ditinggalkan tidak akan berkurang.

Ini sebuah pengusulan yang tidak bersifat pemaksaan ataupun penekanan kepada bapak presiden bahwa ini harus ditetapkan..artinya kalau bapak presiden merasa bahwa kejadian terhadap saudara2 kami almarhum personil band seventeen ini tidak perlu ditetapkan sebagai hari duka musik pun tidak apa2,ini hanyalah sebuah usulan yang bisa di terima atau tidak. Toh tidak ditetapkan juga tidak mengurangi empati kami selaku saudara sesama musisi se-tanah air, jelasnya.

Vokalis yang kini jadi wakil wali kota Palu itu mengatakan usulannya soal hari duka musik itu tidak berlebihan. Usulan itu baru terjadi sepanjang sejarah dunia musik di Indonesia.

Sepanjang yang saya ingat dan yg saya tau bahwa hal seperti ini baru terjadi dalam sejarah dunia permusikan diindonesia dimana salah satu band indonesia yang karyanya begitu indah dan luar biasa dan sudah dinikmati oleh seluruh masyarakat indonesia bahkan sampai ke negara tetangga kehilangan tiga personil skaligus dalam satu waktu.. dan yg menyedihkan adalah kejadian tersebut terjadi saat sahabat2 almarhum sedang dalam melaksanakan tugas mulia menghibur masyarakat di atas panggung, ujarnya.


Sabtu, 29 Desember 2018

Gempa 2 Kali Goyang Nias, Begini Analisis BMKG


Gempa tektonik dua kali mengguncang wilayah Samudera Hindia dekat Kabupaten Nias, Sumatera Utara, Sabtu (29/12/2018). Gempa pertama 4,9 SR (sebelumnya disebut 5,2 SR) sekira pukul 15.15 WIB dan selang delapan menit muncul gempa susulan 4,5 SR.

“Hasil analisis BMKG menunjukkan informasi awal gempabumi ini berkekuatan Magnitudo 5,2 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi M 4,9,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono dalam keterangan tertulis diterima

Episenter gempa tersebut terletak pada koordinat 0,97 Lintang Utara dan 97,15 Bujur Timur, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 37 kilometer arah barat Kota Gunung Sitoli, Kabupaten Nias pada kedalaman 22 Km

“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, tampak bahwa gempabumi ini termasuk dalam klasifikasi gempabumi dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia di zona Megathrust yang berada di sebelah Barat Sumatra. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini dipicu oleh penyesaran Sesar Oblique,” jelas Rahmat.

Berdasarkan laporan dari masyarakat, guncangan gempa ini dirasakan di daerah Nias Utara, Teluk Dalam, dan Gunung Sitoli III MMI, di Sirombu Nias Barat II-III MMI. Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa tidak berpotensi tsunami.

Hingga pukul 15.40 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya satu aktivitas gempa susulan (aftershock) dengan M4,5 dan juga dirasakan di Gunung Sitoli II MMI.

“Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” pungkasnya.