Rabu, 30 April 2025

WANITA HYPERSEX !!!



SAHABATPOKER _Saya mempunyai kisah yang sangat mendebarkan jika saya ingat ingat.. “kejadian mesum yang melibatkan adik kandung perempuan saya yang bernama ’Adelia’


Usia 14 tahun masih smp kelas 3 orangnya manis chuby agak montok badannya tapi sexy dadanya cukup besar untuk seusia dia mungkin 34c sehari hari kalau di rumah Adel suka berpakaian ketat pas body gituh..

Pakaian favorite dia dirumah adalah celana pendek dan kaos tangtop yang ketat sampai tonjolan toket yang baru dimasa pertumbuhannya tercetak bulat di balik kaos ketatnya, celana pendeknya juga agak ketat sedikit hingga bentuk pinggul sama pantatnya yg bulat terlihat menggiurkan kalau berjalan seperti goyang itik he.

Suatu hari minggu pagi kulihat adikku sudah dandan cantik memakai pakaian favoritenya celana pendek jeans plus kaos ketat

Lengan pendek saat melihat penampilannya yg sexy mempertontonkan paha mulus yang sangat sekal juga kaos yg tipis aku terlihat bingung sekaligus mupeng aku mulai heran mau kemana dia pagi2 gini..

Aku: Mau kemana kamu dek..??

Adel: Adel mau jalan kak.. nonton acara dangdut di alun2 lembang lapangan sespim.. Ada artis favorite adel kak via vallen.. Jadi adel pengen nonton mumpung ada temen yg ngajakin nonton bareng..

Aku: Ooh.. Sama siapa aja dek??

Adel: Sama temen2 sekolah lah masa sama pacar..!!

Aku: Waaah kakak ikut dong dell..”

Kebetulan niih kakak lagi butuh hiburan siapa tau disana dapat kenalan cewe cantik he.. he..

Adel: Ya udah cepetan kak..”

Akupun Buru2 mengganti pakaianku dengan celana 3/4 cargo dipadu kaos pendek plus topi dan sepatu andalanku converse

Ayo dell.. Kita berangkat kakak bonceng naik motor ya., kalau kamu berangkat naik angkot bisa bahaya dell ntar kamu di culik preman pasar kan ngeri dell..

Adel: uuhh.. Emang kenapa kak pake di culik segala??

Aku: ya gimana ga diculik abg cantik sexy kaya kamu itu bisa mengundang kejahatan dell lain kali kalau mau pergi main minta anter sama kakak aja biar aman gak bakalan ada yang gangguin..

Adel: iya deh terserah kakak aja..

Perjalanan menuju acara show dangdut tidak terlalu jauh dari rumahku hanya 15 menit saja kami sudah sampai di pintu masuk alun2

Kuparkirkan motorku di tempat yang sudah disediakan panitia susah juga karena banyak yang ingin menonton pertunjukan dangdut yang dihadiri artis2 terkenal yg lagi hits waktu itu..

Aku: ayo dell.. Jangan jauh2 sini deket deket kakak ntar kalo kamu ilang bisa dimarahin mama ..

Adel: iya2 aa bawel

Ledek adel sambil meleletkan lidahnya padaku..

Aku pegang tangan adel erat2 aku takut kalo adikku di jailin orang2 yang lewat dikerumunan alun2 ini..

Aku: Dell.. Temen2 kamu mana?? Janjian dimana ketemunya..

Adel: gak tau kak. bentar adel telfon dulu kak.. Bandarq Terbaik Di Asia


Selasa, 15 April 2025

Merindukan Ayah


Merindukan Ayah



𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐏𝐨𝐤𝐞𝐫 - Tomi, adalah nama yang diberikan oleh kedua orang tuaku padaku.. 18 tahun yang lalu. aku tinggal bertiga bersama kakak perempuanku Naya dan ibuku Sherly setelah meninggalnya ayahku 1 tahun lalu.

Sebelum kepergian ayahku, kehidupan kami sebagai keluarga berjalan normal. tapi setelah itu semuanya menjadi berubah. ibuku sekarang bekerja, menggantikan posisi ayah sebagai pencari nafkah keluarga kecilku.

Kakakku Naya yang sekarang berusia 19 tahun membantunya dengan berjualan baju di internet. hasilnya cukup lumayan, setidaknya bisa mencukupi biayanya kuliah.

Hari-hari berlalu hingga saat ini adalah semester terakhirku di SMA. sebagai anak SMA aku dikenal sebagai pribadi yang penyendiri, jarang bergaul dan bersosialisasi. kebiasaanku saat pulang sekolah adalah pergi ke perpustakaan dan meminjam beberapa novel untuk kubaca dirumah. yah… cari hiburan pikirku.



𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐏𝐨𝐤𝐞𝐫 - Naya juga tidak jauh berbeda, sepulangnya dari kampus yang dia kerjakan adalah duduk di depan komputernya berjam-jam mengecek iklan bajunya dan sesekali menelpon pelanggan yang memesan. tak heran di usianya yang baru 19 tahun Naya sudah memakai kacamata.

Dalam usia yang sudah menginjak 19 tahun rasanya aneh jika perempuan secantik Naya tidak pernah keluar dengan lawan jenisnya pada malam minggu.

Hari itu sangat ku ingat dalam benakku. hari senin, aku pulang dari sekolahku. kuparkir motorku di pekarangan rumah dan segera ku gembok pagarnya. kubuka pintu rumah dengan tangan kananku sementara tangan kiriku menggenggam buku novel setebal 560 halaman. Naya yang berada di ruang tengah segera menghampiriku.

“kamu baru pulang Tom..??” tanyanya

“iya kak, ada apa kok tumben tanya-tanya?”

“mama hari ini ngak kerja Tom, dari tadi mama di kamar belum makan. aku udah bujuk supaya mama makan… tapi katanya nunggu kamu. coba kamu ajak mama makan, kasihan nanti mama sakit”.

ada yang aneh pikirku, biasanya hari senin mama justru pulang malam. tapi tiba-tiba dia tidak masuk kerja hari ini. segera kuhampiri mama di kamarnya.



𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐏𝐨𝐤𝐞𝐫 - mama sedang tertidur di kamarnya berselimutkan bed cover yang tebal. mungkin karena suhu AC terlalu dingin. segera ku ambil remote AC dan ku naikkan beberapa derajat.

“mam… kok mama belum makan…” tanyaku

“ohh kamu sudah pulang Tom.. yuk kita makan. kamu ganti baju dulu” pintanya

“ganti baju? memang kita mau kemana mam?”

“hari ini mama cuti, kita akan ziarah ke makam ayah” katanya

“oke mam…”

segera ku bergegas ke kamarku, ketika kulewati ruang tengah ku katakan pada Naya untuk segera mengganti bajunya juga karena kami akan ziarah ke makam ayah.

tak lama kamipun berangkat. aku menyetir mobil, sedangkan Naya dan mama dibelakang.

baru ku ingat bahwa hari ini adalah tepat satu tahun ayah meninggal. pantas mama agak murung hari ini.

sesampainya di makam kami berjongkok mengelilingi makam. menabur bunga dan berdoa untuk ayah, agar ayah mendapatkan tempat yang baik di sisi yang maha kuasa.

tak berselang lama kamipun pulang. mama segera masuk kembali ke kamarnya, aku dan Naya di ruang tengah menonton TV

“tumben komputernya gak dilihat…” tanyaku

“blom ada yg sms sih, lagian aku capek.. pijitin pundakku dong Tom” pintanya

“yeeee… aku sendiri capek nyetir mobil”



𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐏𝐨𝐤𝐞𝐫 - “ya nanti gantian” katanya sembari tersenyum lebar

kuturuti permintaannya, ku suruh dia duduk di lantai, sementara aku di sofa. sehingga aku dengan mudah bisa memijit pundak dan bahunya. cukup lama ku pijit pundaknya. setengah jam berlalu lalu kami berganti posisi.

“Tom.. mama kok ngurung diri di kamar, ada apa ya” tanyanya sembari memijatku. aku hanya mengangkat bahu menyatakan ketidak tahuanku.

“nanti abis ini kita tengok yuk ke kamar mama…“ajaknya.

aku hanya mengangguk sambil menikmati pijitannya di bahuku. tangannya cukup lembut karena memang dia jarang melakukan pekerjaan yang berat mungkin.

tak lama kami berjalan menuju kamar mama. baru ingin ku ketuk pintu kamarnya, Naya mencegahku. “Stttt… diam” bisiknya… “kenapa??” akupun berbisik.

“coba dengar deh” kata Naya

Aku dan Naya menempelkan telinga kami dengan posisi wajah kami berhadapan.. kurasakan dengan jelas hembusan nafas Naya di wajahku. dari dalam kami mendengar mama merintih, sepertinya dia sedang menangis. tapi kemudian dia mendesah… Aku dan Naya berpandangan satu sama lain sambil mengerutkan dahi.

“masa sih mama masturbasi…” bisik Naya.

“hus… kamu ada-ada aja kak..” kataku

“siapa diluar..?? Nay.. Tom… kalian di luar” tanya mama dari dalam kamarnya.

“iya mam.. boleh kami masuk…” kata Naya.


𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐏𝐨𝐤𝐞𝐫 - Tanpa di persilahkan kamipun membuka pintu kamar…

Kami bertiga terbelalak nyaris bersamaan, ketika kami melihat mama berada di ranjangnya tanpa busana sambil memegang sebatang dildo yang terbenam di vaginanya.

Wajah mama memerah. Kamipun terdiam.

“kalian main masuk-masuk aja gak nunggu mama bilang iya” kata mama

“mmm.. mmma.. af mam… kami gak tau..” kata Naya

Mama menarik bed covernya menutupi tubuh mama sampai batas payudaranya.

“ya sudah gpp.. sini, ada apa?” tanya mama

Aku dan Naya melangkah menuju tempat tidurnya. Kami duduk mengapit mama di tengah. Aku di kanan dan Naya di kiri.

“mama kok masturbasi…?” tanya Naya. Mama terdiam. Tertunduk, ku pandangi matanya berkaca-kaca.

“mama kangen sama ayah kalian…” Ucapnya lirih.

Kami bertiga tertegun mendengar apa yang diucapkan mama. Aku dan Naya langsung memeluk perut mama, dan bersandar di bahunya. Berharap dapat menenangkan sedikit perasaan rindu karena telah di tinggalkan pasangan hidupnya.

“mama kan masi punya kita mah…” Ucapku sembari tersenyum.

“bener tuh ma kata Tomi… masa mama tega. Nanti papa ngeliat jadi sedih loh…” kata Naya

Titik-titik air mata kembali jatuh membasahi pipi mama. Mama merangkul kami berdua dan berkata

“terima kasih ya sayang.. kalian memang anak mama…” ucapnya

Aku dan Naya langsung mencium pipi mama dari kanan dan kiri. Mama pun tersenyum dan membalas mencium pipi kami. Naya memeluk mama dan tidak sengaja menyentuh payudaranya yang masih mekar. Tak sengaja tersentuh olehnya putting mama yang masih mengeras. Naya tersenyum dan berkata.

“mah… ga di terusin lagi masturbasinya??” kata Naya.

“haha… oh iya mama beli dildo dimana…??” tanyaku.

Mama hanya tersenyum saja.

“di toko peralatan sex lah…” Ucapnya dengan tersenyum lebar.

“mau di bantuin gak mah sama kita masturbasinya” kata Naya

“hus… jangan ahh mama malu sama kalian…” Ucapnya sambil menyeka air mata yang tersisa di pipinya.

Aku tersentak mendengar ucapan Naya. Jangan-jangan Naya sudah tidak virgin lagi.

“emang kamu pernah masturbasi juga Nay…?” tanya mama

Naya menggelengkan kepala.

“makanya ajarin dong mah… Enak ga sih masturbasi…” ucap Naya

Edann.. pikirku. Apakah kakakku ini sudah tidak waras. Kalau dia masturbasi kan bisa-bisa perawannya hilang.

“eh… Kakak nanti perawannya hilang loh…” Kataku

“mendingan perawan hilang sendiri dibanding diambil sama lelaki bejat” ucapnya

“iya sih… tapi kan sayang aja, cewe secantik kakakku ini keperawanannya ilang”

Pipiku kiriku dicubit olehnya. Agak kencang sampai aku mengaduh.

“tuh kan mah… lelaki bisanya gombal…” Kata Naya

“tapi memang betul loh Nay kata Tomi.. kamu kan cantik, sexy, pasti banyak cowo yg mau sama kamu” kata mama.

“iya mah.. banyak.. tapi rata-rata paling lama seminggu setelah di tolak mereka jadian sama cewe lain. Cowo macam apa itu… Naya maunya cowo yang ngotot ngejar-ngejar Naya berbulan-bulan. Baru Naya terima jadi pacar”

“nah kalo begitu aku setuju kak…” kataku sambil mengacungkan jempol.

“kalian mau nenen ga… kaya waktu kecil dulu…?” kata mama sambil membuka bedcover yang menutupi dadanya. Saat itu terpampang dengan jelas dada mama yang besar. Putingnya yang berwarna kemerahan mengacung ke depan. Mamaku memang cukup rajin berolah raga, tak heran badannya masih kencang di usianya yang sudah 45 tahun.

Aku dan Naya tidak menjawab apapun sambil langsung mengulum kedua puting mama.

“Ahh…” desahnya pelan ketika kami menghisap putingnya. Sesekali kuhisap dengan kuat dan kumainkan putingnya dengan lidahku. “Ohh… sayang…” Mama menggeliat dan menekan kepala kami berdua makin kuat ke dadanya.

Naya memulai aksinya dengan mengelus perut mama, turun ke selangkangannya. Dimana tumbuh bulu-bulu yang tipis disana. Diusapnya belahan vagina mama. Tepat di klitorisnya.

“Mmmmpph… Ohh…” Mama kembali mengeliang.

Kulepas isapanku di payudaranya dan kucium bibir mama. Mama membalas ciumanku dengan beringas. Tampak nafsu birahi mulai menguasainya. Maka kumainkan putingnya dengan jariku.. kupilin dan kutarik.

Mama tidak tinggal diam menerima perlakuan kami. Dengan sebelah tangan dia perlahan membuka kancing baju kami satu persatu. Bedcover pun di dorongnya hingga jatuh dari ranjang.

Naya yang kancing bajunya sudah terlepas, menghentikan aksinya mengusap klitoris mama untuk melepas pakaiannya.

Oh man… kini di pandanganku telah ada dua wanita cantik sudah tidak berbusana.

Aku pun melepaskan seluruh pakaianku dan kembai mencium mama sambil memainkan putingnya.

Mama meraba tubuhku mencari penisku yang sedaritadi telah mengeras. Di remasnya batang kejantananku sampai-sampai aku bergetar. Seumur hidup penisku belum pernah di sentuh oleh seorang wanita. Kini mamaku sendiri yang menyentuhnya. Tangan kanan mama juga mengusap klitoris Naya. Menyebabkan Naya menggumam sambil terus mengisap payudara mama.

“Oh… mah… geli mah…” kataku sambil melepaskan ciumanku darinya.

Ciuman mama turun ke leherku, dadaku, dan mengisap putingku. Oh my god… Sensasinya tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.

Tubuh mama mulai menggeliat tidak karuan menerima usapan pada klitorisnya. Tak lama lagi ia mencapai klimaksnya. “Oh… Terus sayang… Mama sebentar lagi sampai… Ahhhh… Ah…”

Melihat mama hampir mencapai klimaksnya aku langsung mengisap kembali putting mama. Di tekannya kepalaku hingga aku sulit bernafas.

“Aaa…” jeritan mama tertahan. “Ouuuhhhh…” Mama melenguh panjang tanda ia sudah mencapai orgasmenya yang pertama.

Mama terkulai lemas setelah orgasmenya yang pertama. Namun aku dan Naya tidak melepas kulumanku dari putingnya. Diusapnya kepala kami berdua lalu berkata.

“kok nenennya masih lanjut sayang…?”

“abis udah lama ga nenen sama mama… Tomi kangen mah…” Kataku sambil tersenyum.

“kok toket mama gede banget sih ma. Punya Naya gak segede ini..” kata Naya sambil mengelus payudara mama.

“ya kan karena sering di remas-remas sama ayahmu…” kata mama

“ah masa sih ma.. Cuma karena sering di remas-remas doang???”

“di remas, di isap, ya pokoknya di beri rangsangan sayang…”

“mah… isepin toket Naya dong mah… biar gede kaya mamah…” pinta Naya seraya bangkit dan menyodorkan putingnya ke wajah mama. Kupikir benar juga ya. Payudara mama ukurannya cukup spesial. Besar, kencang, mengacung, padat. Mungkin memang benar bahwa payudara wanita harus sering di beri rangsangan.

Mama kemudian mengulum lembut puting Naya. Melihat mimik wajahnya, tampak Naya sangat menikmatinya. Tak sampai di situ, tangan mama mengusap lembut payudara lainnya hingga putingnya ikut menegang. “Sssshhh…” Naya mendesah. Diusapnya klitoris Naya dengan lembut. Pelan tapi pasti mama mulai menaikkan temo permainannya.

“aku mau juga dong kak… isep punya kakak…” pintaku.

Naya mengulurkan tangannya ke leherku dan menarik wajahku mendekati payudaranya. Kuhisap payudara Naya dengan perlahan. Tampak nafsu birahi Naya mulai memuncak. Ia menggoyang-goyangkan pinggulnya maju mundur agar usapan di klitorisnya makin cepat. Mama menyadari itu dan mempercepat usapan di klitoris Naya.

Tampak mama juga mulai di bakar nafsu. Tangannya yang tadi dipakai meremas payudara Naya kini telah berpindah ke klitorisnya sendiri. Aku yang melihat itu tanpa dikomando segera menyusupkan tanganku di selangkangan mama. Memasukkan dua jariku ke dalam vaginanya.

“Uhhh… m… mah… udah mah… Naya mau ke k… kamar.. mandi… Nay.. Naya mau… pi… pisss”

“pipis di sini aja gpp sayang…” kata mama. Mama sudah tau bahwa itu adalah tanda Naya akan mencapai orgasme. Di percepat usapannya sambil sedikit menekan vaginanya.

“Ahhhhh… mahhh…” lenguhnya ketika orgasme itu datang. Menghampiri Naya untuk pertama kalinya. Tampaknya Naya tidak kuasa membendung luapan energi yang terjadi ketika ia orgasme. Ia kini terkulai lemas di sebelah mama.

“mah.. spreinya basah ya… Naya kayanya tadi pipis…”

“ngak sayang.. itu tadi yang namanya orgasme..” kata mama

“enak banget mah…” Ucap naya seraya tersenyum dan memejamkan matanya.

Mama masih asyik dengan klitorisnya yang sejak tadi ia usap.

“Tom… mau gak jilatin memek mama…?” pinta mama.

“sini mah.. mama buka yang lebar” aku pun mengatur posisi. Mendekatkan wajahku ke arah vagina mama. Aroma vagina perempuan itu sulit di ungkapkan dengan kata-kata. Yang jelas au menyukainya.

Mama melepaskan tangan dari klitorisnya dan membimbing wajahku menuju kesana. Kujilat klitorisnya dengan perlahan. Reaksinya sungguh diluar dugaan. Mama mengeliang dengan liarnya. Di tekannya kepalaku dengan sebelah tangan, seakan tidak ingin melepaskan jilatanku pada klitorisnya.

Kumasukkan kembali dua jariku kedalam liang vaginanya. Tubuh mama menegang. Kuat sekali.

Naya yang berada di sampingnya kembali bangkit dan mengisap serta meremas payudara mama. Nafsu mama semakin menjadi-jadi. Ngocoks.com

“Terus sayang… hmmph… enakk… Ahhh… Ahhh…” desahnya

“udah mau orgasme lagi ya mah…?” tanya Naya. Mama hanya mengangguk.

Ku percepat gerakan mengocok pada vagina mama. tiba-tiba kedua kaki mama menekan kepalaku dengan kuat ke arah vaginanya. “seben… tar… lagi sa… yanggg… Ahhhhhh… Ahhhhh…” ceracaunya.

“Ohhhhh… Ahhhh…” Orgasme mama tercapai seiring dengan lenguhan panjangnya. Cairan kewanitaannya menyembur dengan deras ke wajahku. Rasanya agak Asin, tapi tidak seperti air garam. Kubersihkan selangkangan mama dengan lidahku.

Mama terkulai lemas untuk kedua kalinya. Ditariknya tubuhku ke sebelah Naya.

“Duduk sini sayang… mama mau isepin punya kamu…” kata mama

Aku pun bersimpuh di antara Naya dan mama. Kemudian mama meremas-remas penisku hingga menegang. Mama mendekat dan mulai mengisap penisku.

“Aaa… ahh… Enak mahh… Terus mahh…” kenikmatan yang saat ini kurasakan benar-benar tak bisa tergantikan. Naya kemudian mengambil posisi. Berlutut di depanku, sehingga payudaranya mengacung ke arah wajahku.

“Tom… isepin lagi tom… Enak tau di isepin kamu…” pintanya.

Segera kuturuti kemauannya sambil tanganku meremas payudara mama.

Naya mengusap-usap rambutku, menikmati jilatan dan gigitanku pada payudaranya.

Penisku yang sudah basah oleh liur mama kemudian dikocoknya. Jilatannya berpindah ke buah penisku.

Rangsangan itu begitu hebat kurasakan. Seakan kepalaku ingin meledak, tidak cukup menampung luapan birahi yang kurasakan. “Ahhh… mah… cepetin lagi kocokannya mah… Enak…” erangku.

Spermaku jatuh diwajah mama. menandakan orgasmeku sudah sampai. Rasa lelah tiba-tiba menghampiriku. Lemas, lelah entah dari mana rasa ini berasal. Seperti habis berlari pikirku. Akupun ikut terkulai lemas di ranjang itu. Mama dan Naya ikut merebahkan diri. Mengapitku yang berada di tengah.

Pandanganku terpaku pada langit-langit kamar itu. Perlahan tapi pasti, rasa kantuk mulai menyerangku. Kelopak matakupun sudah tidak mampu lagi kutopang dengan sisa tenagaku. Saat mama dan Naya memelukku, saat itulah aku terpejam.

Bersambung…




Sahabatpoker Agen Domino99 Poker Online Bandarq Terbaik Di Asia

Senin, 14 April 2025

Investasi Perkebunan

 Investasi Perkebunan



𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐏𝐨𝐤𝐞𝐫 -  Sekali dayung, dua pulau terlampaui. Begitu bunyi peribahasa yang kuingat dari pelajaran ketika di SD pada masa lalu. Peribahasa itu sekarang menjadi kenyataan di dalam hidupku. Sejak aku berinvestasi di perkebunan singkong dengan areal yang lumayan luas, tidak hanya uang banyak yang kudapat, tetapi juga ke ria an sex aku peroleh.


Setiap akhir pekan aku berada di perkebunanku sambil mengawasi penanaman maupun panen. Sebetulnya mondar-mandir Jakarta ke perkebunan ini cukup melelahkan, karena letaknya cukup jauh.

Namun karena aku menyenangi pertanian untuk mengisi kegiatan di hari tua sehingga tidak terasa berat, malah menyenangkan. Berkebun jadi makin menyenangkan karena muncul berbagai macam wanita, yang menjadi hiburanku pada malam-malam sunyi.

Di usia menjelang 50 tahun, aku normal, tidak tergolong maniak sex. Olah raga juga tidak pernah aku lakukan, kecuali jalan pagi yang hampir setiap hari aku habiskan sekitar 1 jam.



𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐏𝐨𝐤𝐞𝐫 -  Badan ku lumayan sehat, belum ada penyakit yang mengkhawatirkan, semua indikasi kesehatan menunjukkan tidak ada yang perlu dikhawatirkan, misalnya tidak diabetes, tidak darah tinggi, kolesterol normal, asam urat juga normal. Tinggi ku sekitar 170 berat 65.

Setiap aku general chek up tahunan, dokter selalu memuji bahwa kebugaranku prima, mereka malah menyebutkan kondisiku seperti 10 tahun lebih muda. Para dokter pasti kemudian menanyakan “Apa rahasianya ? Sebenarnya tidak ada rahasia.

Aku hanya membatasi makan, dengan makanan yang sehat dan makan sebelum lapar, berhenti sebelum kenyang. Kalau kutaksir aku sudah mendapat asupan 2000 kalori, maka aku berhenti makan, hanya minum air putih saja sebanyak-banyaknya.

Kebiasaan itu sudah cukup lama. Tidak ada rahasia seperti yang ingin diketahui dokter, karena semua orang pasti tahu. Aku hanya berusaha mengendalikan diri dan harus menang dalam perang dengan diri sendiri.

Aku kira tidak ada yang belum tahu soal ini, tetapi yang menjalaninya mungkin hanya sedikit. Berkat sikap hidupku itu, tidak ada keinginanku yang tidak tercapai. Ini bukan menyombongkan diri, kan ada pepatah, “dimana ada kemauan di situ ada jalan”. Pepatah seperti ini kan tidak membatasi kemauan apa atau keinginan apa.

Terlalu panjang menyombongkan diri nggak enak juga ya, tapi ya begitulah keadaanku, Jadi aku ingin menegaskan bahwa aku bukan superman, aku orang yang normal seperti kabanyakan orang.

Hasil tabungan, maupun hasil hobby main internet sambil trading, aku bisa mengumpulkan tabungan yang lumayan, sehingga bisa membangun villa serta mempunyai garapan dgn kerjasama dengan petani untuk lahan seluas sekitar 200 ha.



𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐏𝐨𝐤𝐞𝐫 -  Baru 3 bulan rumah villaku rampung dibangun. Bentuknya memang eksotis dan sangat menyatu dengan alam perkebunan. Ini adalah vila ku, berada di dataran tinggi sehingga hawanya sejuk sepanjang hari, tetapi jika malam, bisa membuat menggigil.

Letak villaku bukan di Puncak atau di daerah-daerah mahal, tetapi jauh di pedalaman, di daerah pertanian yang kalau ditempuh dari Jakarta bisa sampai 6-8 jam.

Aku berada di villaku setiap minggu hanya hari Sabtu dan Minggu. Meski begitu, semua peralatan rumah sudah lengkap, sampai kamar mandi dengan air panas.Aku menginap di atas awalnya selalu ditemani istriku.

Maka dialah yang mengurus segala-galanya. Kadang-kadang anak ku ikut juga untuk refreshing katanya. Namun kemudian istriku malas ikut ke kebun, karena sepi katanya.

Maklum dia memang lahir dan besar di Jakarta, jadi tidak betah tinggal di alam yang sepi. Anakku pun sudah bosan ke kebun, dia lebih memilih nongkrong di mall dari pada jongkok di depan perapian di kebun sambil menunggu singkong bakarnya mateng.

Masalah mulai timbul, karena jika menginap, jadinya aku tidur sendirian dan tidak ada yang mengurus rumah ini. Salah seorang kepercayaanku di kebun ini menawarkan pembantu untuk memberesi rumahku.

Aku pikir sih oke-oke saja. Apalagi katanya yang ditawarkan itu adalah saudara istrinya. Pak Sudin demikian aku mengenalnya, memang lahir dan besar di daerah ini.

Suatu siang ketika sedang istirahat siang, Pak Sudin memperkenalkan seorang gadis, yang ternyata janda. Abis kelihatannya masih muda, lumayan cakep, meski penampilan desanya masih kental.

Dia menyalamiku dan menyebut namanya Imah. Otak jahatku mengipas agar aku menerima saja gadis, eh janda itu untuk bekerja dirumah ku.

Siapa tahu bisa memberi layanan plus, kan lumayan, jadi tambah betah. Kuakui bahwa di usia senja ini vitalitasku untuk urusan selangkangan masih normal, hanya istriku yang lebih muda setahun dari ku setelah manupause, dia seperti kehilangan selera.

Jadi sering menolak “ajakan” ku. Jadi terbayang gimana ya pria yang punya istri lebih tua, istrinya pasti lebih cepat kedaluwarsa dari dia. Jadi otak jahatku ada ngarep dot com pada Imah.

Sebaliknya otak baikku mencegah jangan sampai terjadi affair gila itu, karena risikonya lebih besar dari rasa nikmatnya. Betul juga sih. Apalagi sampai ketauan istri, tau pula Pak Sudin yang hormatnya kepadaku kadang berlebihan. Ah yang penting rumahku rapi dan terurus, itu sajalah targetnya, kata hatiku yang lurus.

Sampai 3 bulan Imah tinggal bersama ku, situasi aman-aman saja. Tetapi aku tidak berani berterus-terang menceritakan ke istriku bahwa aku sudah punya pembantu, si Imah aku fungsikan sebagai pesuruh kantor, jika ada istriku datang menginap. Jadi waktunya banyak dihabiskan di bawah.

Tapi istriku sekarang sudah sama sekali ogah ke kebun, tapi duitnya demen. Dia pun ketika melihat Imah tidak curiga, lha wong dia bekerja melayani kebutuhan kerja pegawai di bawah, seolah-olah memberesi rumahku hanya kerja sambilan. Padahal sih sebaliknya.



𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐏𝐨𝐤𝐞𝐫 -  Imah cukup rajin bekerja, sikapnya baik bisa menyesuaikan diri dengan semua orang, sangat menghormatiku, meski kadang-kadang aku menangkap pandangan matanya yang agak nakal kepadaku.

Tapi aku pikir perempuan Jawa Barat memang suka begitu kalau memandang laki-laki, karena aku sering menangkap sorot mata seperti itu di banyak tempat di Jawa Barat. Mungkin juga itu bagian dari keramahan.

Semakin hari Imah semakin akrab denganku, meskipun dia memanggilku Bapak, tetapi tidak terlihat jarak antara majikan dan pekerja. Aku memang sengaja menciptakan suasana yang begitu, kan katanya sudah era demokratis.

Berdiri sama tinggi, duduk sama rendah, tiarap beda posisi, begitu kan.Kami kalau makan satu meja, menonton TV duduk di sofa yang sama. Tinggal tidur yang belum satu kasur. Dua UR yang sudah, yaitu Satu Dapur, Satu Sumur, tapi belum Satu Kasur.

Sejujurnya aku sudah tidak tahan ingin menerkam si Imah, tapi gimana caranya, aku belum dapat. Aku tidak mau ada pemaksaan. Inginnya sih biarlah dia yang memulai baru aku menanggapi.

Jadi aku selama ini bersikap biasa-biasa saja tidak berusaha memancing di air keruh. Bisa saja dia kuajak nonton video porno, sebab kalau sudah malam di atas tinggal kami berdua.

Tapi rasanya taktik seperti itu, belum tentu cocok untuk wanita desa. Bisa-bisa dia malah malu dan kabur masuk kamarnya. Yah mungkin nanti akan tiba juga saatnya. Aku percaya pada pepatah Jawa “Tresno jalaran kulino”. Gak usah diterjemahkan lah, kalau gak tau ya skip aja.

Akhirnya tiba saatnya. Suatu malam Imah nyeletuk ketika kami sedang santai menonton TV. Jam di dinding baru menunjuk pukul 7 malam. Diluar gerimis dan sesekali ada petir dan kilat yang cahayanya membersit masuk .

“Pak mau saya pijat ?”
Aku agak terkejut mendengar tawaran itu, karena badanku memang lelah dan duduk di kursi dengan posisi bersandar agak rebah.

Selama ini aku segan bertindak yang mengarah ke arah “keliru” terhadap Imah, karena dia bekerja di sini sebagai pengurus rumah tangga Tentunya aku malu jika berusaha bertindak tidak senonoh ke Imah lalu dia melapor ke Pak Sudin.

Padahal Imah, merupakan sosok yang lumayan menarik. Usianya sekitar 24 tahun, janda tanpa anak, kulitnya putih seperti umumnya orang Jawa Barat badannya lumayan montok, tinggi lumayan tinggi untuk rata-rata perempuan di sini yakni sekitar 155 cm. Wajahnya ya lumayanlah, rambutnya agak panjang dan selalu digelung.

“Emang Imah bisa mijet,” tanyaku sambil bersikap biasa saja.
” Ya bisa lah atuh Pak,”



𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐏𝐨𝐤𝐞𝐫 -  Ya udah kamu beresi dulu kamar saya, saya mau mandi dulu rasanya badan agak lengket bekas berkeringat,” kataku, lalu bangkit ke kamar mandi.

Air hangat memancur dari shower. Tanpa air hangat, aku tidak kuat mandi di daerah ini karena hawa dingin di daerah dengan ketinggian sekitar 700 dpl.

Selesai mandi, rasanya segar sekali. Aku hanya mengenakan celana dalam dan kaus oblong putih lalu mengenakan sarung. Itu memang pakaian tidurku jika aku berada di sini.

Selama mandi aku membayangkan kira-kira apa yang akan terjadi selama pemijatan, apakah aku akan mendapat layanan plus, bagaimana memulainya karena sesungguhnya aku sedang berhasrat, setelah sekian lama tidak dilayani istri.

Dengan pikiran itu, kemaluanku jadi agak menegang. “Ah bagaimana nantilah, sebab risikonya juga besar,” batinku. Aku keluar dari kamar mandi yang ada di kamarku. Ruangan kamar cahayanya sudah ditemaramkan.

Aku memang memasang lampu yang remang selama aku tidur. Kasur ukuran 180 cm aku hampar di lantai papan, gaya rumah Jepang.Di situ sudah bersiap Imah sedang duduk bersimpuh.

Dia mengenakan sarung juga dan bagian atasnya kelihatannya kaus lengan panjang. Aku tidak terlalu jelas melihat karena dari cahaya terang di luar masuk ke dalam yang remang-remang mataku belum menyesuaikan dengan penerangan yang minim.

“Gimana nih telentang atau telungkup,” tanyaku ke Imah.
“Sok terserah bapak, gimana enaknya,” jawabnya.

Aku kemudian memilih posisi telungkup, karena ingin punggungku dipijat dulu. Aku di Jakarta sering juga ke panti pijat, sehingga aku hafal ritual pijat dimulai dari mana berakhir dimana,.

Imah rupanya bukan alumni panti pijat di Jakarta, karena dia bukan memulai memijat dari kaki, tetapi memulai dari punggung. Pijatannya memang lumayan nikmat juga. Cengkeraman dan tekanan tangannya nikmat sesuai dengan tingkat yang kuinginkan.

Dia rupanya sudah menyiapkan minyak urut yang dibuat dari minyak kelapa dicampur bawang merah. Baunya memang kurang enak, tapi orang desa jamak menggunakan minyak urut seperti ini.

Imah minta izin membuka kaus oblongku untuk mengoles minyak di punggungku. Aku setuju saja sambil menunggu aksi berikutnya.

Kuat betul si Imah sudah sekitar sejam dia masih berkutat di sekitar punggung dan tangan ku. Rasanya memang enak dan sepertinya badanku jadi ringan. Setelah punggung Imah beralih ke kaki.

Mulanya sarungku dinaikkan sampai sebatas lutut. Dia menggarap kaki kiri dan kananku sebatas lutut. Untuk memijat bagian paha dia meminta aku melepas sarung. Aku setuju saja dan dia menarik sarungku ke bawah. Aku jadi tinggal mengenakan celana boxer saja yang pendek.

Penisku sudah menegang dari tadi. Jika dalam posisi tengkurap begini sih tidak ada masalah, tapi kalau nanti telentang dia bakal menonjol mendorong celana dalamku. Ngocoks.com

Aku pasrah saja akan apa yang terjadi nanti, rasanya sih manusiawi seorang laki-laki akan terangsang jika berdua dengan perempuan apalagi dalam situasi memijat begini dan dalam ruangan remang-remang.

Aku sama sekali tidak menyiapkan skenario apa pun, kecuali mengikuti arus saja. Imah memintaku berbalik posisi. Entah terlihat jelas atau tidak dalam cahaya remang begini. Ah aku abai saja.

Aku rasa yang memang wajar, sebagai laki-laki kalau penisnya tegang karena berduaan dengan wanita. Apa lagi terus menerus di jamah tubuhnya,

Pahaku mulai dipijatnya. Mengurutannya entah disengaja atau memang prosedurnya begitu, tetapi jarinya sering menyentuh kantong zakarku. Awalnya aku diam tidak bereaksi, padahal sentuhan itu memberi kenikmatan dan rangsangan.

Bersambung…




Sahabatpoker Agen Domino99 Poker Online Bandarq Terbaik Di Asia

Minggu, 13 April 2025

Perjalanan Wisata

Perjalanan Wisata



𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐏𝐨𝐤𝐞𝐫 -  Jenuh sekali rasanya dengan kemacetan di Jakarta dan pekerjaan rutin yang rasanya bikin perut mual. Aku berkhayal berkelana ke suatu daerah dataran tinggi yang masih asing bagiku.

Di kantor aku mencoba membuka google earth menjelajah daerah-daerah yang kira-kira menarik. Pertama aku menelisik daerah Wanayasa di Subang, tetapi tidak ada yang menarik, hanya ada beberapa spot, tetapi kayaknya sih biasa-biasa saja.

Aku berpindah ke daerah antara Sukabumi dengan Cianjur. Ada situs megalitik Gunung Padang. Situs ini sering muncul di pemberitaan. Yang kuingat berita dugaan bahwa situs ini diduga berupa bangunan paling tua di Asia.

Sebetulnya mengunjungi situs megalitik, tidak terlalu menarik bagiku, apalagi untuk datang kesana harus menaiki jalan undak-undakan yang cukup tinggi. Namun ada yang menarik di sekitar Situs Gunung Padang.



𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐏𝐨𝐤𝐞𝐫 -   Di sana ada terowongan kereta api yang dibangun Belanda di akhir tahun 1800 an. Terowongan panjang lebih dari 400 m dengan stasiun kecil Lampegan. Terowongan dan stasiun yang tidak terpakai cukup lama itu juga sudah menjadi daya tarik wisata.

Namun rasanya kurang menarik bagiku untuk jauh-jauh datang hanya melihat terowongan dan stasiun. Setelah googling aku banyak menerima informasi mengenai situs Gunung Padang dan Lampegan.

Boleh juga rasanya ada dua obyek wisata untuk menjadi tujuan wisata. Di peta Goggle muncul pula foto air terjun Cikondang. Air terjun itu kelihatannya cukup menarik. Wah 3 obyek wisata untuk sekali perjalanan wisata, rasanya cukuplah memadai.

Otakku berproses sesuai dengan pengalaman dan minatku. Jika di tahun 1879 – 1882 pembangunan terowongan Lampengan, pastilah banyak orang Belanda yang terlibat pada pekerjaan konstruksi itu.

Pasti mereka tinggal di daerah sekitar proyek. Dan rasanya Belanda tidak akan berani membawa istri ke proyek yang pada waktu itu berada di pelosok hutan. Sebab sekarang saja letaknya kelihatan cukup jauh dari jalan raya Sukabumi-Cianjur.

Logikanya pastilah orang-orang Belanda dulu nyikat cewek-cewek kampung di sekitar Proyek. Pada waktu itu mana ada yang peduli kalau ngewek harus menjaga agar ceweknya tidak sampai hamil.

Yang penting puas negcrot ya sudah. Bisa jadi akan ada orang-orang yang keturunan bule campur wanita sunda. Jika benar, maka yang sekarang ada itu adalah mungkin keturunan generasi ke tiga atau bahkan ke empat.



𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐏𝐨𝐤𝐞𝐫 -   Informasi ini tidak aku dapat dari pemburuan melalui googling, jadinya bikin penasaran. Jadilah tujuan wisata itu makin menarik minat. Siapa tahu bisa ketemu cewek indo di kampung pedalaman Jawa Barat.

Untuk berkelana sendirian rasanya kurang nyaman. Aku mengajak temanku sebut saja Bambang, Aku memanggilnya Mas Bambang, padahal dia juga memanggilku Mas, mas Jay. Usianya memang lebih muda dariku.

Setelah bersepakat, aku ambil cuti 2 hari, Kamis-Jumat. Pagi-pagi sekali kami berdua berangkat langsung ke Cianjur. Aku menghindar pergi ke sana pada hari Sabtu atau Minggu, karena hanya boros-boros energi, dan uang dengan kemacetan jalur puncak.

Sedikit kujelaskan mengenai teman seperjalananku ini, dia agak punya keistimewaan soal indra ke enam. Memang tidak tajam-tajam amat, tetapi beberapa kali cukup terbukti dengan dugaannya. Soal lain kami berdua sama-sama suka berburu wanita cantik.

Hampir 4 jam juga akhirnya kami sampai ke jalan lintas antara Cianjur – Sukabumi. Kami berhenti di satu warung yang sangat sederhana di tepi jalan raya. Bukan untuk makan, karena sejam lalu sudah makan cukup kenyang, tapi untuk sekedar ngopi dan menggali informasi.

Enak sekali rasanya ngopi sambil nyedot asap rokok di daerah yang udaranya sejuk begini. Bambang tiba-tiba bangkit berjalan ke tepi jalan raya. Aku tidak sempat bertanya, hanya mengikuti dengan pandangan saja. Dia terlihat menghampiri seorang wanita yang kelihatannya sedang menunggu kendaraan umum.

Mereka kelihatan ngobrol sebentar, lalu wanita itu ikut Bambang berjalan menuju warung. Kelihatannya ceweknya cukup bening, umurnya sekitar 25 – 30 tahun agak tinggi, kulit putih dan rambut kelihat kayak dicat coklat. Setelah agak dekat aku baru agak jelas melihat raut wajahnya, yang lumayan cantik juga.

“Kenali mas,” Bambang mengenalkan wanita itu ke aku. Si cewek mengulurkan tangan dan aku segera menyalaminya. Rasanya lembut sekali tangannya. Dia menyebut namanya Wieke. Ketika kutawari minum dia menolak, eh malah minta izin ke pemilik warung mau ke WC.

Ketika dia berlalu, aku penasaran dengan rencana si Bambang. Dia dengan semangat menjelaskan bahwa, Wieke ini berhasil dibujuk Bambang agar menjadi penunjuk jalan untuk mencapai obyek wisata yang akan dituju.

Harus aku akui, Bambang cukup cerdas, dan mungkin sixth sense nya tadi bermain. Perjalananku bakal makin menarik dan menantang. Wieke duduk di depan mendampingiku mengemudi, Bambang pindah ke belakang.

“Mau kemana tadi Wiek,” tanyaku.

“Mau jalan aja,” jawabnya.

Jawabannya itu menimbulkan kecurigaanku, karena jawaban seperti itu sering dikemukakan cewek-cewek yang cari mangsa di Puncak. Aku harus memastikan apa profesinya, kalau dia jualan, aku agak malas juga lah.

“Mau jalan kemana,” tanya ku.



𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐏𝐨𝐤𝐞𝐫 -  Ya jalan aja, di rumah stress,” katanya singkat.

“Lho kok stress, emang kenapa,” tanyaku dengan rasa ingin tahu tanpa tedeng-aling-aling.

Akhirnya dia bercerita mengenai keadaan rumah tangganya yang terpuruk sejak dia ditinggal oleh suaminya yang menghilang begitu saja sejak usahanya bangkrut. Wieke kembali ke kampung bersama anak nya berumur 2 tahun tinggal di rumah orang tuanya.

Mencari kerja tidak ada yang cocok, mulai mejadi spg sampai bekerja di restoran, hasilnya tidak memadai, karena sebagian besar habis untuk ongkos dan lebihnya untuk di rumah hanya sedikit. “Ada sih yang ngajak untuk kerja gituan, tapi saya ogah, takut kena penyakit,” katanya terus terang.

“Lha sekarang kenapa stress,” tanya saya memancing.

“Gimana gak stress, duit gak ada, gak tau mau cari kemana, listrik di rumah belum dibayar, cicilan motor udah 2 bulan nunggak, utang di warung banyak,” katanya sambil berbicara menahan tangis.

Untuk menetralkan suasana aku bertanya mengenai arah jalan. Dia menunjukkan jalan, bahkan hafal benar dengan jalan yang rusak. Rupanya dia memang berasal dari daerah Cibokor, tempat dimana yang aku duga banyak keturunan Belanda.

Wieke membenarkan bahwa di kampungnya memang benar banyak orang yang keturunan Indo. Tapi dia tidak bisa menceritakan kenapa dikampungnya banyak cewek-cewek indo yang padahal asli lahir dan besar di kampung itu dan lahir dari keluarga Sunda. Dia mengaku juga bahwa mungkin dia juga keturunan Indo.

Aku mencoba mengorek informasi mengenai tujuan wisataku. Dia mengatakan, situs Megalitik memang banyak yang berkunjung, terutama pada hari libur atau minggu. Menurut dia, tujuan wisata itu kurang cocok untuk kami, karena akan melelahkan mendaki sampai ke puncak yang disebut teras-teras. Namun untuk foto-foto masih cukup bagus.

Kami tiba di terowongan Lampegan. Terowongan yang bersejarah ini agak kurang menarik karena banyak corat-coret grafiti. Dalam perjalanan menuju Lampegan kami meliwati kampung yang disebut banyak perempuan cantik keturunan indo.

Sebetulnya aku ingin berhenti sejenak untuk ngopi, tapi Wieke mencegah, karena dia beralasan malu, sebab banyak yang dikenal di kampung itu.

Dari Lampegan perjalanan diteruskan ke Gunung Padang. Situs yang dipenuhi oleh bertaburan batu-batu purbakala itu masih dalam proses penggalian, sehingga bentuk bangunan sesungguhnya seperti apa, belum bisa dibayangkan.



𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐏𝐨𝐤𝐞𝐫 -  Kami ambil beberapa foto, dan menjadikan Wieke menjadi modelnya. Orangnya cukup supel, dan wajahnya cukup photogenic, pandai bergaya pula. Sejam lebih kami habiskan mengitari situs Gunung Padang, lalu kami meneruskan perjalanan ke air terjun Cikondang. Orang Sunda menyebut Curug Cikondang.

Perjalanan cukup jauh juga dan jalannya banyak yang masuk klasifikasi off road . Untung mobilku SUV, sehingga mudah melahap jalan tanah yang berbatu-batu.

Sesampainya di dekat air terjun perjalanan tidak bisa dilanjutkan karena buntu. Kami harus berjalan kaki sekitar 1 km. Air terjun sudah terdengar dari jauh. Cukup terbayar jalan rusak dan berjalan kaki 1 km dengan pemandangan air terjun yang cukup menakjubkan.

Waktu sudah semakin sore, jam di tanganku sudah menunjukkan jam 5 sore, jika pulang ke Jakarta bisa dipastikan akan sampai tengah malam. Aku memang sudah berencana akan bermalam.

Aku lantas berpikir bagaimana caranya menanyakan kemungkinan ngajak nginap si Wieke. Persoalan berikutnya adalah, sama siapa si Wieke akan tidur, andaikan dia mau ikut nginap.

Pusing juga memikirkan cara menyampaikan hasrat. Aku berhentikan kendaraaan lalu mencabut 2 ratus ribu dan ku serahkan ke Wieke. Itu adalah upah dia sebagai pemandu. Diterimanya dan wajahnya terlihat senang betul.

Dalam suasana seperti itu, aku langsung melancarkan niatku mengajaknya menginap di Sukabumi. Wieke terdiam sejenak, sepertinya dia sedang berpikir. Akhirnya dia setuju ikut kami menginap. Satu persoalan sudah teratasi, persoalan berikutnya menunggu jawaban.

Aku meminta dia mengajak seorang temannya untuk ikut menginap, agar menjadi dua pasang. Wieke terdiam sejenak. “Temen saya banyak, kang,” katanya.

“Ada fotonya ? Di HP mu,” tanya ku.

Wieke lalu membuka foto-foto yang tersimpan di Hpnya, Sambil mobil terus berjalan dia menunjukkan sekitar 3 orang temannya. Aku minta si Bambang untuk memilihnya.

Bambang memilih foto yang cukuk cantik, malah lebih cantik dari si Wieke, rambutnya juga rada pirang. Wieke mencoba mengontak. Aku tau yang diajak berbicara adalah Neneng, karena Wieke menyebutnya Neng.

Kelihatannya si Neng mau diajak nginap. Menurut Wieke, Neng juga janda, umurnya sedikit lebih muda, dan baru punya satu anak sekarang sudah sekolah di SD. Neng kawin muda, lalu cerai karena suaminya ketahuan punya simpanan.

Si Neng menunggu di minimarket. Sekitar jam 7 kami sampai di titik yang dijanjikan , tapi Neneng belum kelihatan batang hidungnya. Ketika di kontak Wieke, neng sedang dalam perjalanan naik ojek dari rumahnya. “Kang si neng gak punya duit, untuk bayar ojek, makanya dia nunggu kita nyampe dulu di sini, akang bayarin ya ojeknya,” kata si Wieke.

Menurut Wieke ojek si Neng sekitar tiga puluh ribu. Pantas saja dia belum muncul, karena kalau dia datang duluan, duit untuk bayar ojeknya dia gak punya. Kehidupan di kampung kelihatannya memang berat sekali.

Aku sempat menyeduh kopi, karena kebetulan mini market ini menyediakan alat penyeduh kopi dan ada bebera set kursi dan meja. Sekitar 15 menit kami menunggu, muncul sepeda motor dengan seorang perempuan duduk di belakang. Wieke yang sudah kupegangi uang 30 ribu langsung mendekati tukang ojek untuk membayarnya.

Neneng memang cantik juga, wajahnya segar rambutnya tergerai melebihi bahunya. Aku sudah sepakat dengan Bambang, bahwa aku berpasangan dengan Wieke dan Bambang dengan si Neng. Jika memungkinkan besok di swing.

Si Neng lebih ceriwis, dia banyak berbicara dengan logat khas Sunda. Sesampai di Sukabumi aku mengarahkan ke Salabintana. Dua buah cottage kami sewa. Unit yang tersedia tidak ada yang berdekatan, sehingga kami terpisah jauh. Unit cottage, cukup mewah, dengan ruang tamu terpisah dengan ruang tidur dan ada pantry untuk memasak.

Badan terasa lengket oleh bekas keringat. Aku berencana mandi. Di kamar mandi ada shower dan setelah kuperiksa memang tersedia air panas. Sayang tidak ada bak untuk berendam.

Wieke yang duduk menonton TV kuajak mandi bareng. Tanpa malu-malu aku minta dia memandikanku. “ Ih si Akang udah kolot juga masih minta dimandiin,” katanya

Namun begitu dia berdiri juga dan merangkulku menuju kamar mandi. Aku bertahan sejenak, karena sebelum masuk kamar mandi aku menyarankan agar masing-masing membuka baju agar bisa digantung di lemari. Gantungan di kamar mandi terbatas.

Si Wieke paham, lalu dia membuka bajuku dengan menarik kaus oblongku, lalu singlet, melepas sabuk dan menurunkan resleting. Di balik celana dalam sudah mengeras sebongkah urat. “Idih senjata udah dikokang aja tuh.” kata Wieke.

Tanpa ragu celana dalamku dilepasnya sekalian, sehingga penisku langsung tegak mengacung. Digenggamnya sejenak. Rasanya nikmat.

Berikutnya giliran Wieke melepas satu persatu pakaiannya sampai telanjang bulat. Tubuhnya masih bagus, kulit putih di sekujur tubuhnya nyaris tanpa noda dan cacat. Putingnya coklat muda, rambut di selangkangannya jarang, bahkan dapat dikatakan gundul. Bentuk memeknya jadi terlihat jelas cembung.

Teteknya masih cukup tegak berdiri, ukurannya tidak terlalu besar, tetapi juga tidak dapat digolongkan kecil. Perutnya kecil, meski masih tersisa bekas stretch ketika hamil dulu, pantatnya agak nonggeng.

Wieke termasuk tinggi, bedanya dengan ku mungkin hanya sekitar 5 cm. Kutaksir tingginya sekitar 170 cm. Kami berdua berangkulan menuju kamar mandi. Setelah ritual gosok gigi dengan sikat dan pasta gigi yang disediakan hotel, kami berdua lalu berbasah ria di bawah shower. Nikmat sekali rasa air hangat, apalagi sambil berpelukan dengan cewek yang cantik.

Tegangan penisku dari tadi tidak kendur, sehingga ketika disabuni tetap berdiri tegar. Wieke nakal, dia mengocok penisku membuat dia makin keras dan garang. Setelah sekujur tubuh kami bersih dan wangi. Wieke jongkok lalu menghisap penisku. Aku bagai melayang ke angkasa merasakan nikmat. Dia tidak menuntaskan sampai spermaku muncrat.

Dengan dua handuk kami mengeringkan badan, rasa lelah dan lesu seketika hilang, yang ada tinggal nafsu. Wieke menawariku untuk memijat, Aku memang suka dipijat, tetapi dalam keadaan tegang begini, aku memilih untuk melampiaskan birahiku dahulu.

Wieke setuju. Dia kuminta berbaring telentang dan aku menciumi sekujur tubuhnya menghisap kedua putingnya bergantian meremas teteknya yang mengkal, lalu mengobok-obok celah memeknya. Sudah berlendir celah vagina di bawah sana.

Aku berpindah melakukan oral di kemaluannya. Kemaluan Wieke agak unik, karena bibir dalamnya agak panjang sehingga aku bisa menjewerkan. Warnanya tidak seperti kebanyakan cewek indonesia yang umumnya berwarna gelap atau cenderung berwarna ungu tua. Milik Wieke yang seperti jengger itu berwarna merah agak gelap.

Aku mengecup kedua bibir panjang itu dan menggigit dengan kedua bibirku lalu menariknya. Dengan sentuhan itu saja Wieke sudah kelojotan nikmat, padahal itilnya belum tersentuh lidah.

Banjir di lubang vaginanya makin banyak. Bulatan itilnya menonjol keluar dan terlihat mengkilat berwarna merah. Ketika kusapu dengan lidahku, Wieke langsung menggelinjang.

Aku sedot sekuat-kuatnya, sehingga clitorisnya tetarik keluar. Bentuknya seperti kepala penis hanya saja ukurannya kecil. Aku menjilati, mengulum dan menghisapnya sampai akhirnya dia mencapai orgasme.

Wieke termasuk cepat mencapai orgasme. Setelah orgasmenya selesai aku memasukkan jari tengah dan jari manis ke dalam celah vaginanya lalu perlahan-lahan. Mengocoknya.

Awalnya dia tidak menunjukkan reaksi, tetapi beberapa menit kemudian dia mulai mengerang dan suaranya makin lama makin keras sampai akhirnya dia berteriak mau pipis,

“Kang aku kebelet pipis, aduuuuuh gak tahan, aduh- aduhhhhhh,” dan serrrr memancar cairan dari celah vaginanyanya, Pancaran cairan itu cukup deras, seperti air kencing, dan memancur sekitar 3 kali dengan gelombang orgasme.

Bersambung…



Sahabatpoker Agen Domino99 Poker Online Bandarq Terbaik Di Asia


Sabtu, 12 April 2025

Permainan Gila

Permainan Gila



𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐏𝐨𝐤𝐞𝐫 -  Gilaa,, dah miring otak ni orang,,,” Dalam hati Arga mengumpat mendengar usul yang ditawarkan oleh Dako, usul gila yang dengan cepat disetujui oleh atasannya Pak Prabu, dan kedua teman yang juga memegang jabatan manager seperti dirinya.

Hari itu, Kantor Arga menerima kunjungan pimpinan pusat yang menetapkan kantornya sebagai cabang perusahaan dengan kinerja terbaik, memberikan bonus liburan dan berhak untuk menggunakan cottage milik perusahaan yang ada disalah satu pesisir pulau jawa.

𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐏𝐨𝐤𝐞𝐫 -  Tentunya ditambah bonus sejumlah uang. Namun di antara berbagai kegembiraan itu mungkin Arga lah orang yang paling berbahagia. Ya,,, atas bantuan Pak Prabu, Arga disetujui oleh pimpinan pusat untuk menempati bangku pimpinan yang sebelumnya ditempati oleh Pak Prabu. Prabu sendiri, atas prestasinya diminta untuk membantu pusat.

Setelah rombongan pusat meninggalkan ruangan, Pak prabu langsung mengangkat gelas yang hanya diisi air mineral mengajak bawahannya untuk bertoast ria. Walau bagaimanapun ada kebanggaan atas penghargaan yang diberikan.

Namun Pak Prabu dengan berat hati menyampaikan bahwa dirinya tidak dapat ikut serta dalam liburan itu, karena telah memiliki janji tersendiri dengan istrinya untuk sebuah liburan di pulau dewata.

Arga sendiri tidak begitu peduli dengan keabsenan Pak Prabu, toh dirinya tetap dapat mengikuti liburan rombongan kantor bersama istrinya. Dan ini dapat menjadi kado bulan madu bagi istrinya yang baru dinikahi 3 bulan lalu.

“Tapi apakah Pak Prabu tetap tidak mau ikut rombongan walaupun nantinya kami mengadakan sebuah game dengan perjanjian yang menarik?,” celetuk Dako.

“Perjanjian?, emang kalian udah bikin perjanjian apa?” Tanya pak Prabu sambil menatap dako dan Arga bergantian. Seperti halnya Pak Prabu, Arga yang tidak pernah membuat perjanjian apapun tentang liburan pada Dako, pun dibuat bingung.

“Ya, sebagai ucapan terimaksih, Saya dan Arga ingin mengusulkan sebuah permainan, untuk membuang kejenuhan atas rutinitas kita, bagaimana jika nanti selama liburan disana kita membebaskan pasangan kita untuk dirayu oleh sesama kita,” papar Dako



𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐏𝐨𝐤𝐞𝐫 -  Maksudmu?,” Tanya Pak Prabu meminta penjelasan yang lebih mendetil.

“Ya,,, bagi mereka yang beruntung, mungkin dapat dilanjutkan dengan rayuan diatas ranjang, dan atas dasar perjanjian awal tentunya kita tidak boleh melarang untuk ‘penuntasan akhir’ atas usaha kawan kita,”

“Saya pikir permainan ini bisa menjadi referensi kepuasan bagi kita, yang setau saya selalu setia dengan istri masing-masing, tentang ‘cita rasa’ dan ‘varian kenikmatan’ dari wanita selain istri kita,” tambahnya.

“Gila,, bagaimana mungkin usul itu meluncur dengan lancar dari mulut Dako, apalagi dengan membawa-bawa namaku,” Hati Arga mengumpat. Namun ketika dirinya ingin menampik usul Dako, Arga melihat wajah Pak Prabu yang berbinar sambil menganggukkan kepalanya tanda setuju.

“Lagian, Kenapa perjanjian ini harus mengatasnamakan balas budi, sialan,” hati Arga kembali mengumpat ketika menyadari sulit baginya untuk mengelak dari permainan ini.

“Yang bener Meennn,,, pastinya loe juga ngajak istri loe yang alim itukan?,” seru Munaf memastikan Dako mengajak istrinya yang biasa menggunakan busana tertutup lengkap dengan penutup kepalanya. Dako mengangguk pasti.

Sesaat Arga terdiam, Cut Zuraida istri sahabat karibnya itu memang memiliki daya tarik tersendiri dari tubuhnya yang selalu tertutup, wajah putih bersih, berdagu lancip dan hidung yang mancung. “Uuuugghhh,,,benar-benar tawaran yang menggiurkan, terlalu sayang untuk dilewatkan, tapiii,,,” Kini justru Arga yang bingung.

Mungkinkah, dalam liburan ini dirinya dapat mencumbu tubuh Zuraida, atau bahkan kalau memungkinkan dapat sedikit berkenalan dengan selangkangan wanita yang menjadi fantasi seksnya sebelum menikah dengan Aryanti, istrinya.

“Tapi, agar permainan ini semakin seru, kita tidak boleh memberitahukan istri-istri kita tentang permainan ini, disamping untuk menghindari timbulnya pertengkaran suami istri, saya rasa ada tantangan tersendiri bagi kita untuk dapat menikmati tubuh target kita,” ucap Dako dengan tatapan tajam ke arah Arga, dihias senyum penuh misteri.

Arga bingung dengan tatapan itu, muncul pertanyaan besar di kepalanya, apakah Dako yang menjadi temannya sejak bangku SMP itu memang menjadikan istrinya sebagai target utama dalam permainan ini.

Sekilas Arga teringat pernyataan Dako dihari pernikahannya, yang mengakui keindahan tubuh istrinya, saat melototi tubuh Aryanti yang dibalut kebaya transparan yang sangat ketat dengan puring tipis yang hanya menutupi bagian dada.

“untuk Pak Prabu, sepertinya kita harus memberikan persyaratan tambahan, bapak hanya boleh mengajak simpanan bapak,”

“Hahahaha,,,” celetukan dari Munaf, kontan membuat Pak Prabu terbahak tertawa, Argapun tersenyum kecut mengingat istri sah Pak Prabu, Bu Sofia yang merupakan aktifis arisan ibu-ibu pejabat.

Sebenarnya, Bu Sofia, istri pak Prabu yang telah memasuki umur 40-an, masih terbilang cantik dan selalu tampil seksi dengan pakaiannya yang selalu mengekspos daerah terlarang, dan pastinya masih sangat layak pakai. Hanya saja yang membuat tidak kuat adalah mulutnya yang selalu aktif mengkritik setiap sesuatu yang tidak sesuai dengan hatinya. Alias cerewet.



𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐏𝐨𝐤𝐞𝐫 -  Mungkin itulah sebabnya Pak Prabu memilih sebuah hubungan rahasia dengan Sintya, resepsionis kantor yang terkenal montok dan murah hati kepada kaum lelaki dalam hal berpakaian, dan tentunya lebih penurut dibandingkan Bu Sofia

“Tidak, tidak,,, Pak Prabu silahkan saja mengajak kedua istrinya, dengan tetap merahasiakan hubungannya dengan Sintya bukankah kita melakukan permainan ini dengan diam-diam, karena bisa saja saya berhasil mendapatkan tubuh Bu Sofia dengan meminjam kamar kalian, dan pastinya Pak Prabu tidak bisa melarang saya untuk melakukan itu, bukan begitu Pak prabu?” papar Dako.

Pernyataan Dako sontak membuat Arga, Munaf dan Aditya terkejut, kata-kata Dako sudah kelewat batas, meskipun dirinya memang memiliki hasrat yang sama untuk menunggangi tubuh montok istri Pak Prabu itu, tapi tidak selayaknya hal itu diungkapkan langsung dihadapan Pak Prabu, yang nota bene adalah atasannya.

“Whuahahaha,,, saya selalu suka dengan ide gilamu, Dako, silahkan nikmati Sofia sepuasmu bahkan kalau kau juga ingin mencicipi Sintya silahkan saja, tapi jangan salahkan saya bila nanti membuat istrimu yang alim itu terkapar oleh ku,” jawaban Pak prabu membuat Dako tersenyum kecut. ternyata tidak hanya dako yang tersenyum menyambut tawaran Pak Prabu tetapi juga Aditya, Munaf dan tentu saja Arga.

“OK,,, jika semua memang semua telah sepakat, ada baiknya kita mempersiapkan istri-istri kita untuk menyambut pertempuran yang panjang besok lusa,” Pak Prabu menyudahi rapat tambahan para pimpinan itu dengan tertawa terbahak.

“Tunggu pak, saya hanya ingin memastikan, perjanjian ini hanya berlaku saat liburan sajakan?” semua tersenyum dengan pertanyaan Aditya yang sedari tadi lebih banyak diam dan hanya mengangguk-agukkan kepala. Andini, gadis remaja yang dinikahi Aditya hampir berbarengan dengan hari pernikahan Arga itu memang seorang gadis lugu yang dinikahinya satu bulan setelah gadis itu lulus dari bangku SMU.

Pastinya Aditya tidak berbeda dengan Arga yang merasa keberatan dengan permainan yang diusulkan dako, karena mereka sendiri masih belum puas mengayuh tubuh istri mereka.

“Itu Pasti, permainan kita ini cukuplah menjadi skandal saat liburan, karena tentunya kita tidak ingin rumah tangga kita ataupun rumah tangga rekan kita berantakan,” pungkas Dako sambil merapikan beberapa berkas yang ada dihadapannya.

***

Arga yang duduk santai di depan TV rumahnya sesekali menatap istrinya yang tengah menyiapkan makan malam mereka.

“Ada-ada saja permintaan Pak Egar itu, komentar dan sikapnya selalu saja bikin orang emosi,” keluh istrinya sambil meletakkan piring berisi ikan Nila yang baru digoreng.

“Ada apalagi dengan Pak Egar, Dia masih sering menggodamu,” Arga memandangi tubuh semampai yang berjalan menuju freezer disampingnya. tubuh Aryanti terbilang langsing dengan pinggul yang bertaut serasi dengan bongkahan pantat montok yang selalu bergetar mengiringi tiap langkah kakinya.



𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐏𝐨𝐤𝐞𝐫 -  “Sungguh aku gak relaaa,,,” bibir Arga mendesah pelan ketika teringat obrolan dikantornya tadi siang, bagaimana mungkin dirinya membiarkan tubuh indah itu ditunggangi oleh teman-teman sekantornya.

“Apa? Bicaramu selalu saja pelan, bagaimana aku bisa mendengar,”

“Oh,,, Tidak,, aku hanya memanggilmu,” Arga memeluk istrinya dari belakang, membaui rambut tergerai yang masih sedikit basah, tangannya mengelus lembut bongkahan pantat yang selalu saja membuatnya bergairah.

Telah sering Arga ingin mencoba lubang bagian belakang yang ada ditengah-tengah pantat itu, sebuah seks anal, tapi Aryanti selalu saja menolaknya, dengan berbagai macam alasan, jijik, jorok, takut sakit, dan puluhan alasan lainnya.

“Sayang,,, aku masih terlalu capek hari ini, aku tidak yakin dapat melayanimu malam ini, bahkan mungkin aku akan langsung tertidur ketika menyentuh kasur,” keluh Aryanti saat Arga meremasi payudaranya.

“Hahaha,,, Tidak sayang, aku hanya ingin menawarkan sebuah liburan kepadamu, apakah kau bisa mengambil cuti untuk beberapa hari kedepan? Bukankah kau belum mengambil cuti tahun ini,” Arga mencoba mengingat-ingat, bahkan pada saat perkawinan mereka, tepat tiga bulan yang lalu Aryanti tidak dapat mengambil jatah cutinya, semua gara-gara ulah pak Egar manager personalia salah satu Bank swasta tempat Aryanti bekerja.

“Liburan? Kemana? Kapan?,” Wajah Aryanti langsung berbinar, mungkin inilah kesempatan untuk sesaat melepas semua rutinitas yang melelahkan. “Aku yakin kali ini pasti bisa mendapatkan jatah cutiku,” sambungnya cepat, seakan takut Arga menarik kembali tawarannya.

“Besok lusa kantorku mengadakan liburan kesalah satu villa di pesisir pantai, rasanya sangat sayang bila kita melewatkan kesempatan itu, hitung-hitung kita dapat berbulan madu dengan gratis,”

“Bersama rombongan kantormu?,” dahi Aryanti mengerut, dirinya memang telah lama ingin menghabiskan waktu hanya berdua dengan suaminya. Ingin sekali Aryanti mencoba beberapa busana yang menantang, memperlihatkan keindahan tubuhnya dalam berbagai balutan busana yang sengaja dibelinya untuk bulan madu, tapi hanya di depan Arga.

Arga membaca rona kecewa pada wajah cantik itu. “Kau boleh mengenakan apapun yang kau mau, bahkan kau boleh melakukan apa saja disana,” Arga bingung sendiri dengan kalimat yang dilontarkannya, kenapa ia justru begitu takut Aryanti tidak bisa ikut dalam liburan kantornya.

“Tapi aku malu, disana banyak teman-temanmu,,,”

“Kenapa harus malu, mereka Cuma teman-teman sekantorku, bahkan beberapa dari mereka sudah pernah menginap dirumah kita, Ayolah sayang,,,”

“Tapi,,, apakah nanti aku boleh mengenakan hadiah yang diberikan Sintya pada saat perkawinan kita?” Aryanti bertanya dengan pelan, takut mengundang kemarahan Arga.

“Hadiah dari Sintya?” Arga mencoba mengingat-ingat hadiah apa yang telah diberikan oleh staff yang menjadi istri simpanan Pak Prabu itu.

“Owwgghh,,, dua lembar pakaian renang One Piece dan two piece, kenapa pula Sintya menghadiahkan pakaian semacam itu diacara pernikahan,” Arga mengumpat, jika Aryanti menggunakan itu maka tak ubahnya seperti menjajakan tubuhnya untuk dijamah dan dilahap teman-temannya.

“Yah,, mungkin kau bisa menggunakan salah satunya, dan menurutku one piece tidak terlalu jelek untukmu,” timpal Arga cepat, One piece lah pilihan terbaik dari yang terburuk.

Arga merinding ketika Aryanti menyambut usulnya dengan wajah yang tersenyum. Ruangan menjadi senyap, masing-masing sibuk dengan pikirannya. Tidak ada lagi percakapan serius hingga mereka selesai makan dan beranjak ke tempat tidur.

***

Paginya Arga melahap roti selai kacang dengan sedikit enggan, matanya terus memandangi tubuh Aryanti yang dibalut seragam biru muda dengan list putih disetiap sisinya. Sungguh tubuh yang mempesona, apalagi seragam itu melekat ketat, wajarlah bila banyak lelaki yang menggoda.

Tapi, heeyy,,, kenapa Aryanti mengenakan seragam yang lebih ketat dari hari-hari biasanya, tidak salah lagi itu adalah seragam yang telah lama dikeluhkannya karena sudah terlalu kecil untuk membalut tubuhnya yang semakin montok. Seragam itu telah lama tidak digunakan.

Bahkan rok yang sudah terlalu kecil itu berhasil mencetak dengan indah segitiga celana dalam yang membalut bongkahan pantat yang padat, dan lebih tinggi beberapa sentimeter dari rok yang biasa dikenakannya.

“Mas, sebenarnya aku tidak yakin bisa mendapatkan cuti untuk liburan besok,” suara Aryanti mengagetkan lamunan Arga,

“Memangnya kenapa?”

“Ya, kau tau sendiri bagaimana sikap dan tingkah laku Pak Egar, aku tidak mau dia mengambil kesempatan atas permohonan cutiku ini,” ucap Aryanti sambil mengangkat roknya lebih tinggi untuk mengenakan stocking, hingga Arga dapat melihat celana dalam yang dikenakan istrinya, dengan cepat birahinya terbakar.

“Ayolah sayang, aku rasa kau bisa sedikit menggodanya untuk mendapatkan izin itu, dan aku yakin kau dapat melakukannya,” kalimat itu mengalir dari mulutnya dengan dada yang bergemuruh, paha jenjang yang mulus siapa yang tidak tergiur bila kaki indah itu melenggang dengan seksi. Arga bingung dengan perasaan yang menyesak didadanya, entah kenapa dirinya kini justru ingin sekali memamerkan keindahan itu kepada teman-temannya.

“Baiklah sayang, semoga aku bisa melakukannya, tapi kau harus tau aku melakukan ini semua hanya untukmu,” ucap Aryanti yang telah siap dengan sepatu hak tinggi. Jemari lentiknya mengambil kunci mobil Yaris yang tergeletak disamping tv.

***

Di kantor Arga tidak dapat bekerja dengan tenang, pikirannya dihantui berbagai misteri yang akan disuguhkan dalam liburan mereka nantinya. Di ruang sebelah, dari dinding pemisah ruangan yang keseluruhan menggunakan kaca, Arga tersenyum melihat Aditya, keponakan Pak Prabu yang tampak asyik berbincang dengan Sintya.

Tampaknya pemuda yang masuk dalam lingkungan kerjanya dengan jalan KKN itu mulai berusaha menggoda Sintya, wajar saja karena dalam liburan nanti dirinya memiliki kebebasan penuh untuk mendapatkan tubuh bahenol dari simpanan pamannya itu. Pukul 15.30, Arga yang melirik jam di ruangan, merasakan waktu berjalan dengan sangat lambat.

“Heeii,,heii,,heeiii,,Apakah kalian sudah siap dengan liburan esok,” teriak Dako ketika melewati pintu kacanya yang terbuka.

Arga mendapati sesosok tubuh semampai terbalut jilbab putih dibelakang Dako. Melemparkan senyum termanis dengan lesung pipit yang mengapit dikedua pipinya, matanya berbinar indah, dengan raut muka yang penuh keramahan dan keakraban. Ya,,, sebuah senyum yang selalu saja membuat hati Arga tak berkutik.

Cut Zuraida, dokter muda istri sahabatnya itu memang memiliki sejuta pesona bagi dirinya. Arga sendiri tidak habis pikir, bagaimana mungkin gadis kalem dan lembut itu justru memilih Dako yang terkadang urakan, untuk menjadi teman hidupnya.

“Untuk liburan besok, Aku dan Zuraida telah mempersiapkan semuanya, dan aku harap kau dan istrimu juga begitu,” ucap Dako sambil memeluk pundak istrinya.

“Aku harap kau mengajak Aryanti, karena liburan ini pasti akan sangat menyenangkan,” sambung Zuraida, Dako mengedipkan matanya ke arah Arga sambil menyeringai.

“Ya pasti liburan ini akan sangat menyenangkan,” balas Arga yang tersenyum kecut.
Seandainya Zuraida tau, Dako suaminya telah mempersilahkan kepada mereka untuk berlomba mendapatkan tubuh indahnya.

“Apa kau benar-benar merelakan wanita alim itu disantap oleh teman-temanmu,” bisik Arga, setelah Zuraida meninggalkan mereka untuk mengambil beberapa barang di ruang kerja Dako.

“Justru itu, aku sangat ingin melihat semuanya terjadi, tentunya tanpa membuatnya marah, dan aku rasa kau bisa membantuku,” Arga tercengang dengan jawaban sahabatnya sejak di bangku SMP itu.

Dengan langkah santai Dako menggamit pinggul Zuraida melangkah keluar. Tepat didepan pintu, tanpa diduga Dako meremas pantat istrinya yang dibalas tatapan tajam Zuraida yang marah atas ulah suaminya.

***

Arga mencoba mencoba memejamkan matanya di atas sofa di ruang tamu rumahnya. “Uuuggghhh,,,” lelaki itu menghela nafasnya, minggu ini benar-benar hari yang melelahkan bagi batinnya.

Aryanti dan Zuraida, dua sosok wanita yang memiliki kesempurnaan tubuh yang sering diimpikan kaum hawa. Aryanti dengan gayanya yang riang dan supel membuat semua lelaki berlomba untuk berakrab ria dengannya, sambil mengagumi setiap lekuk bagian tubuh yang sempurna.

Sedangkan Zuraida, sosok wanita kalem dengan senyum yang menawan dan mata yang teduh, membuat para lelaki merasa betah untuk berlama-lama mencumbu keindahannya. Hanya saja bagi Arga, Zuraida memiliki arti lebih dari sekedar seorang wanita yang ramah, di balik tubuhnya yang selalu tertutup oleh gaun putih khas seorang dokter, Zuraida memang memiliki mistery yang begitu besar.

Sayup-sayup dirinya mendengar suara mesin mobil memasuki halaman rumahnya. Tak lama terdengar suara Aryanti yang bersenandung riang, memasuki rumah. Arga terjaga dari lamunannya.

“Sayang, aku telah mendapatkan cuti seperti yang kau mau,” seru Aryanti riang, mengecup kening Arga yang tengah tiduran.

“Oh yaa?,,, bagaimana cara kau mendapatkannya, bukankah itu tidak mudah?,”

“Ya, seperti yang kau katakan tadi pagi, aku harus sedikit menggodanya,” Aryanti mengambil nafas panjang sebelum melanjutkan ceritanya.

“Untuk mendapatkan cuti yang kau inginkan, aku harus melepas dua kancing bagian atas blazer ku ketika memasuki ruangannya, bahkan ketika duduk di depannya aku sengaja melipat kedua pahaku untuk memberikan Pak Egar sedikit tontonan yang menarik, berharap orang tua itu dapat langsung memberikan izinnya.”

“Lalu?” sambar Arga cepat dengan suara yang dibuat sesantai mungkin. Matanya menatap rok Aryanti yang semakin tertarik keatas ketika istrinya itu duduk disampingnya, pikirannya mecoba membayangkan suguhan apa saja yang telah diberikan istrinya.

“Dan seperti katamu, tidak mudah untuk mendapatkan izin itu, orang tua itu justru semakin ngelunjak ketika aku mengajukan permohonan cuti, dia memintaku untuk menemaninya mengobrol disofa diruangannya, dan tahu kah kau apa yang dilakukannya selama obrolan itu terjadi,” Aryanti berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya.

“Dia mulai berani meraba pahaku ini, bahkan berulangkali mencoba memasukkan jemarinya kedalam rok sempit yang jelas tidak akan cukup untuk tangan gemuknya, meski aku tau usahanya sia-sia, aku tetap menepis ulah usilnya itu,” Aryanti mencoba menutup ceritanya sambil mengecup bibir suaminya.

Dengan sangat bernafsu Aryanti meneguk minuman dingin milik Arga yang ada di depannya. sumber Ngocoks.com

“Baiklah, Banyak persiapan yang harus kulakukan untuk besok, dan aku tidak ingin ada barang penting yang tertinggal nantinya,” Aryanti beranjak dari duduknya, meski wajahnya sedikit pucat karena kelelahan setelah bekerja sehari penuh, namun wanita cantik itu terlihat begitu bersemangat menyambut liburan.

Sementara Arga sibuk mengingat-ingat sosok tambun Pak Egar, dengan jari-jari tangan yang juga dipenuhi lemak. Tubuhnya yang pendek membuat pria paruh baya itu semakin membulat. Namun seberkas noda yang mengering pada rok bagian belakang Aryanti membuat Arga meloncat dari peraduan.

“Apakah hanya itu yang dilakukannya padamu,” sela Arga sambil perlahan menarik Aryanti hingga kembali duduk disampingnya. Entah mengapa Arga begitu penasaran dengan noda yang dilihatnya.

“Ya,,,Setelah tidak berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya pada bagian bawah tubuhku, tangan yang dipenuhi bulu itu menghiba kepadaku untuk bisa merasakan sedikit kepadatan payudaraku,”
Arga mendengarkan cerita istrinya dengan jantung yang mulai berdegub kencang, meski ada rasa cemburu disana tapi tak ada sebersitpun gelora amarah, entah mengapa?.

“Selama dia melakukannya dari luar blezerku kupikir tak mengapa, dan bisa kau tebak bagaikan anak kecil yang mendapat mainan baru, tangannya bergerak cepat meraba, meremas dan terkadang mencubit dengan kuat hingga membuatku sedikit menjerit.

Tapi tak lama kemudian Pak Egar mengeluhkan blazerku yang terlalu tebal dan memintaku untuk melepas beberapa kancing yang tersisa. Aku teringat akan pesanmu tadi pagi untuk memberikan sedikit tontonan pada orang tua yang sudah hampir pensiun itu, jadi biarlah dirinya mendapatkan sedikit keindahan dari tubuhku, toh aku masih mengenakan blus yang menutupi tubuhku” Suara Aryanti semakin berat, matanya menerawang mencoba mengingat kejadian tadi siang.

“Lalu?” Tanya Arga dengan suara tercekat.

“Yaaa,, aku mempersilahkan tangan gemuknya itu masuk kedalam blazerku, tohhh masih ada blus yg menutupi tubuhku,”

“Dan Mungkin hari itu memang hari keberuntungan baginya, karena aku mengenakan bra yang terlalu tipis, jadi sangat mungkin jemarinya dapat merasakan kedua puting payudaraku yang mengeras karena godaannya. Tapi bukan Pak Egar jika tidak melakukan berbagai kejutan-kejutan,”

“Kejutan? Apakah dia mencoba memperkosamu?”

“Tidak,tidak,,, kukira dia tidak akan berani melakukan itu, dia hanya menyerang bibirku dan berusaha memasukkan lidahnya yang basah kedalam untuk merasakan lidahku. Bibirku yang tertutup rapat dan terus menolak justru membuat wajahku basah oleh jilatannya, karenanya aku membuka sedikit bibirku agar pria itu tidak melakukan tindakan yang menjijikkan itu.

Bagai orang yang haus, lidahnya berusaha menarik bibirku untuk bertandang ke dalam mulutnya, bahkan berulangkali menyedot ludahku, aku tak kuasa menolak undangan itu, dan tau kah kau sayang?,,,ternyata lidahnya begitu panas, mengait dan menghisap lidahku yang akhirnya ikut menari-nari dalam mulutnya,”

Tanpa sadar Arga meneguk liurnya. (Kalo pembaca Ngocokers yang budiman lagi tegang mendengar penuturan Aryanti, ingin meneguk ludah juga, boleh koq,,,)

“Namun justru di situ kesalahanku, di saat lidahnya beraksi dengan nakal dan harus kuakui aku terbuai, tanpa kusadari tangannya berhasil membuka beberapa kancing atas blus-ku dan terus menyelusup kedalam bra, dan akhirnya dia berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya, kedua payudaraku diremasnya bergantian, sesekali mulutku menjerit tertahan dalam pagutan bibir tebalnya ketika tangannya meremas terlalu keras.”

Arga tak mampu menahan tangannya untuk tidak bertandang kedalam blus Aryanti yang telah melepas blezernya, seakan tak ingin kalah dengan cerita istrinya Arga meremas kedua bukit kembar itu dengan kuat, membuat Aryanti memekik.

Aryanti mencoba mengangkat pantatnya mencoba membantu Arga yang kini berusaha menyingsingkan rok ketat itu ke pinggulnya. Aryanti sangat paham dengan tingkah suaminya yang sedang birahi.

Sesaat Arga memandangi dua paha mulus yang bertemu pada kuncup selangkangan yang begitu indah. Stocking yang masih melekat pada kaki Aryanti membuat bagian bawah Aryanti semakin menggoda. Arga membaui vagina istrinya yang basah.

Bersambung…



Sahabatpoker Agen Domino99 Poker Online Bandarq Terbaik Di Asia