Selasa, 31 Desember 2024

VIRAL!!! KISAH NYATA KEPONAKAN YANG BAIK SAMA TANTE



SAHABATPOKER - Malam semakin pekat. Listrik padam disertai hujan, dan dalam keadaan flu berat. Tapi bodoh amat dengan semua itu. Perasaaanku tetap menuntun untuk segera berkisah. “Kalau Ulil rindu tante Era, Ulil jadinya nangis. Ulil sayang tante Era. Tante Era sehat-sehat ya disana. Yaudah dulu yah, nanti kalau tante Era rindu, telepon ke nomor ini aja atau nanti Ulil yang telepon tante Era. Oya, tanggal dua Juli nanti Ulil ulang tahun loh, tante Era datang yah!" Sontak hati ini sangat tersentuh mendengar kalimat di atas. Kalimat yang keluar dari mulut mungil keponakanku. Awalnya, saya menerima sms pemberitahuan, “tante Era, ini nomor Ulil. Disimpan yah." Cukup kaget juga si bocah yang baru berumur enam tahun itu sudah memiliki handphone sendiri. Karena penasaran, saya pun menelepon ke nomor itu. Di seberang sana terdengar suara mungil yang sangat saya kenal. "ini betul si bocah", gumamku. Kami pun saling bertanya kabar dan bercerita tentang kegiatan masing-masing, khususnya hari-hari ini. Saya juga sempat menyanyikan lagu kesayangannya. Tadinya saya berfikir saat Ulil menelepone, Mamanya  ada di situ dan memberi instruksi apa saja yang harus dikatakan. Tapi setelah saya konfirmasi ke Mamanya, ternyata saat itu Ulil menelepon sendiri. Sebenarnya saya tidak termasuk golongan orang-orang cengeng, tapi kali ini saya tak berdaya. Air mataku tak tertahan lagi saat mamanya bercerita bahwa mata Ulil berkaca-kaca waktu mengucapkan kalimat di atas. Sungguh, saya sangat tersentuh bahkan, sedih. Ingin rasanya terbang ke sana, memeluk, dan mencium lagi pipinya. Sekilas tentang Si-Bocah Nama lengkapnya Ulil Amri . Tapi saya biasa memanggilnya 'Bocah'.  Ia baru akan masuk SD bulan Juni nanti. Tapi kadang-kadang  ia seperti  orang dewasa. Paling tidak tergambar dari isi pembicaraan yang didukung oleh cara penyampaiannya. Ia dengan mudah menangkap, kemudian menjawab setiap pertanyaanku. Malam open house Indonesia Mengajar adalah kali terakhir saya bertemu Ulil. Saat itu, ia datang bersama Mama, Om (keduanya saudara kandungku) dan adiknya, Nada. Meski waktunya tak banyak, saya sangat senang bisa melihat mereka. Paling tidak, saya kembali merasakan suasana kekeluargaan seperti di rumah. Kehadiran mereka menutupi ketidakhadiran orang tuaku yang jauh di mata tapi dekat di hati tentunya. Ulil dan Nada mungkin dua bocah yang paling hiperaktif malam itu. Stand Pasia pun jadi tempat ekperimen bagi mereka. Mereka bermain, berlari dan berteriak semaunya di tengah ramainya pengunjung. Mungkin karena itu juga sehingga  kameramen tertarik mengabadikan gambarnya ke dalam kumpulan photo open house, di facebook Indonesia Mengajar. Saya merasa bersalah karena  kondisi malam itu membuatku harus berbagi waktu antara teman-teman dekat, keluarga dan pengunjung stand lainnya. Saya ingat betul, kedua bocah itu seringkali menghampiriku, menarik-narik bajuku, dan berusaha mengajakku berbicang atau bermain.Tapi saya hanya sesekali menengoknya. Mungkin mereka merasa tidak diperhatikan. Semasa kuliah dulu, kebiasaan yang sama (di atas) terulang. Kebetulan, saya lebih banyak beraktifitas di luar rumah. Biasanya saya pulang ke rumah pada malam hari. Seringkali, baru saja saya memasuki pintu rumah, mereka berdua sudah menyambut di depan pintu, bertanya ada makanan tidak untuknya, kemudian mengikutiku sampai ke kamar. Saat saya mengambil handuk, Ulil akan berceloteh "tuh kan tante Era udah dibilangin nggak boleh mandi malam". "nggak kok, tante Era cuma cuci muka aja", jawabku. Setelah ia melihat saya keluar dari kamar mandi, segera  ia membawa kotak mainannya ke kamarku. "setelah tante Era ganti baju, kita main yah. Ulil tadi beli mobil baru loh, nih hot whells (mobil-mobilan) Ulil udah banyak. Tante Era suka yang warna apa?." Kata-kata itu paling sering diucapkannya. Sesekali saya mengamini permintaannya, tapi tak jarang juga saya akan mengatakan "yah..tante Era nggak bisa main. Mau belajar, ada tugas dari ibu guru di Kampus." Dengan muka cemberut ia mengatakan 'yah..tante Era mah nggak mau main sama Ulil'. Setelah itu ia keluar kamar dengan memboyong mainannya. Ah, menambah rasa bersalahku saja jika mengingat itu. Yah, begitulah kehidupan. Biasanya, kita baru merasa kehilangan seseorang saat jauh darinya. Saya pun baru memaknai dan menyadari ternyata keponakanku merasa kehilangan juga dengan kepergianku. Ah, semakin menambah rasa bersalahku. Tapi sebagaimana kata-kata bijak bahwa selalu ada hikmah di balik semua hal, berlaku di sini. Ini lebih memotivasiku untuk melakukan yang terbaik di sini. Saya sudah memilih 'mengorbankan' banyak hal untuk sampai di tahap ini, termasuk membuat keponakanku menangis. Sehingga tak ada alasan untuk tidak menggunakan waktu setahun di Aceh sebagai moment untuk melakukan yang terbaik bagi kemanusiaan pada umumnya, dan bagiku khususnya. Semoga. Ulil Amri, Senin 27 Juni, Pukul. 22.00 WIB (Selamat ulang tahun untuk bocah sayang. Semoga selalu dalam lindungan-Nya, amin...)

5 TAHUN BERLALU >>>>


Aku awalnya menolak karena merasa sungkan, apalagi om dan tante cukup lama tidak saling komunikasi dengan keluargaku  

Namaku Ulil. Aku tinggal bersama bersama adik dari ayahku, Om jalil di Tanjung Pinang. Ya, hal itu terjadi karena aku harus melanjutkan studi di salah satu universitas di ibu kota, sementara orang tua tinggal di kampung. Untuk menghemat pengeluaran, ayah memintaku untuk tinggal bersama Om jalil dan istrinya, Tante Novi. Bandarq Terbaik Di Asia

Aku awalnya menolak karena merasa sungkan jika tinggal bersama orang asing, apalagi om dan tante cukup lama tidak saling komunikasi dengan keluargaku. Namun, ayahku memaksa hingga keluar ancaman jika tidak tinggal di sana, aku bakal sulit mendapat uang bulanan.

Yah. Aku nggak punya pilihan, kan? Jadi, izinkan aku tinggal di sini om," kataku kepada Om Jalil. "Iya. Ayahmu memang keras kepala. Jadi, nikmati saja kamu tinggal di sini," jawabnya

Singkat cerita, Om Jalil ialah seorang juru masak di sebuah kapal pesiar, sehingga jarang di rumah

Oleh karena itu, aku lebih banyak bertemu Tante Novi sehari-hari. "Om akan pergi dinas selama empat bulan ke Brasil. Jadi, selain jaga rumah, kamu harus berlaku baik sama tantemu, ya!" ucap Om Jalil. "Iya, siap om," sahutku

Hubunganku dengan Tante Novi sebenarnya tidak begitu baik, karena dia tipe orang yang pendiam. Dengan sikapnya seperti itu, aku jadi sungkan untuk berbicara ataupun meminta sesuatu darinya

Akan tetapi, suatu hari, Tante Novi mendadak bercerita tentang keluhannya. Aku pun terkejut dan mencoba mendengarkan keluh kesahnya

Tante sebenarnya tidak suka jika terus berada di rumah. Artinya, tante tidak bisa bekerja seperti dulu," kata dia.

Aku awalnya menolak karena merasa sungkan, apalagi om dan tante cukup lama tidak saling komunikasi dengan keluargaku.

Apa Om Jalil tahu kalau tante merasakan hal ini?" sahutku. "Tentu saja tidak. Sebab, tante takut dimarahi olehnya," jawab Tante Novi. Perbincangan kami ternyata sangat lama hingga tengah malam. Aku pun berusaha pamit untuk tidur.

Namun, Tante Novi terlihat masih gelisah karena galau untuk berbicara dengan Om Jalil. "Jalil, apa kamu nggak bisa temani tante sebentar lagi?" pintanya.

Hmm, baiklah. Aku akan menemani tante hingga lebih baik perasannya. Jadi, jangan sampai merasa sendirian, ya, tante," sahutku. Aku pun kembali duduk di samping Tante Novi sambil memegang tangannya.

Hal itu aku lakukan karena Tante Novi mendadak meneteskan air mata.

Aku awalnya menolak karena merasa sungkan, apalagi om dan tante cukup lama tidak saling komunikasi dengan keluargaku.

Aku merasa kasihan hingga memintanya untuk menangis hingga lega. "Tante yang sabar, ya. Kalau menangis itu membantu, tante bisa banget keluarkan semua perasaan sedih itu," kataku. Malam itu, aku pun menemani Tente Novi hingga perasaannya lega.

Kami berdua pun tertidur lelap di ruang tengah dengan televisi yang menyala hingga pagi


Sahabatpoker Agen Domino99 Poker Online Bandarq Terbaik Di Asia

0 komentar:

Posting Komentar