Sabtu, 11 Januari 2025

VIRAL !!! DI LECEHKAN SEMASA KECIL , DILACURKAN PADA USIA DINI !!!


SAHABATPOKER - Eksploitasi dan kekerasan seksual terhadap anak-anak sering tenggelam dalam hingar bingar perdebatan tentang moral dan budi pekerti, padahal persoalannya jauh lebih pelik. Kisah dua gadis belia berusia 16 tahun yang jadi korban eksploitasi seksual di masa anak, dan terjebak dalam pelacuran di usia begitu dini.

Dua perempuan ini masih tergolong anak-anak di bawah umur. Sama-sama berusia 16 tahun. Namun rias wajah yang tak bisa disebut tipis, mengaburkan kemudaan mereka. Rias memang jadi bagian dari profesi mereka sehari-hari, sebagai perempuan yang bekerja di dunia hiburan malam, ketika anak-anak lain seusia mereka menikmati masa muda, bermain, mengecap pendidikan, bergembira

Bulu mata palsu panjang dan lentik mempercantik matanya yang sebelumnya telah dibubuhi eyeliner. Pulasan bedak yang cukup tebal, blush on merah muda, serta lipstik berwarna nude mewarnai parasnya yang masih sebetulnya masih dalam kesegaran seorang remaja.

"Saya pengen jadi makeup artist," kata Zahra, 

Profesi itu lebih realitis untuknya, kata Zahra. Karena jalan meraih cita-cita sebagaimana anak lain seperti menjadi insinyur, dokter, pebisnis, sudah tertutup. Pendidikannya terputus di kelas 9, menjelang ujian kelulusan tingkat menengah pertama.

Gara-garanya, sekolah tidak lagi jadi tempat yang nyaman dan aman baginya.

Itu bermula dari kejadian saat ia masih duduk di bangku kelas 6 SD. Seorang anak yang lebih tua, sudah SMA, berhasil mempedayanya. Ia dipacari, dan terus menerus didesak dan dirayu, bahkan diancam, agar mau berhubungan seks.

Akhirnya terjadi hubungan seks. Terjadi beberapa kali karena dipaksa-paksa dan diancam. Tapi ia bahkan takut melapor pada orangtuanya. Karena ayahnya cepat naik pitam, katanya.

"Bapak pernah mukulin orang yang nagih hutang, jadi takut," ungkapnya dalam perbincangan di sebuah kafe di pinggir jalan Kota Padang yang ramai.

Sialnya, entah bagaimana, banyak murid di sekolah Zahra bergunjing tentang dirinya. Bahwa ia sudah tak lagi perawan -status yang sangat memojokkan perempuan, terlebih anak di bawah umur.

Zahra mulai mengalami perundungan dan dijauhi teman-temannya. Zahra memutuskan keluar dari sekolah, karena merasa sudah tak diterima lagi oleh murid-murid lain.

Lebih-lebih, Zahra berasal dari keluarga miskin yang tinggal di sebuah pemukiman padat dan dikenal rawan kejahatan di Kota Padang.

Ibunya bekerja di sebuah tempat jajanan dengan gaji yang minim. Bapaknya seorang supir ojek pangkalan. Bagaikan cerita di sinetron-sinetron murahan: masalah semakin parah karena bapaknya hobi berjudi, dan tentu selalu kalah sehingga meninggalkan hutang dimana-mana.

"Kadang gaji mama juga dipakai untuk bayar hutang bapak," ungkap Zahra terisak. Dan kedua orangtuanya sering bertengkar

Sekeluar sekolah, seorang temannya yang ia panggil kakak menawari apa yang tampak seperti jalan keluar: bekerja sebagai pemandu lagu (PL) di sebuah tempat karaoke, tak jauh dari sebuah terminal bus. Tawaran itu segera diterima Zahra yang saat itu baru berusia 14 tahun.

Zahra sempat ketakutan saat melayani klien pertamanya. "Saya sama sekali tidak menduga harus menemani bapak-bapak, yang ternyata seorang polisi. Saya harus menemani dia bernyanyi selama tiga jam," katanya.

Di hari pertamanya kerja itu Zahra mendapat bayaran Rp50.000.

Lambat laun, ia terbiasa. Dan selanjutnya, cukup mudah bagi Zahra mendapat klien hingga akhirnya mendapat tiga orang gadun (pelanggan tetap): seorang polisi, aparat Satpol PP, dan orang 'biasa.'

Awalnya, tugasnya memandu lagu, menemani jalan-jalan dan minum-minum. Namun kemudian ia mulai dibujuk untuk memberi juga layanan seks. Istilahnya, BO -Booking Order.

"Asalnya dijebak teman. Katanya mau diajak jalan sama klien. Tapi ternyata dibawa ke apartemen," tuturnya.

Di apartemen itu, Zahra dan temannya bertemu dengan tiga orang pria dewasa. Tadinya, Zahra menolak lantaran hanya dipesan untuk menemani jalan-jalan. Namun, temannya terus membujuk dengan alasan "sudah terlanjur datang."

Akhirnya Zahra menyerah, termakan bujukan temannya, "Lagi pula, saya sudah tidak perawan," pikirnya saat itu.

Zahra hanya dibayar Rp 50 ribu untuk layanan seks pertamanya itu. Bayaran yang sama dengan tiga jam menemani klien bernyanyi. Zahra mengeluh, merasa bayaran itu tidak sebanding.

Namun kerja seks berikutnya lebih mudah bagi Zahra. Dan ia sudah bisa lebih pasti: untuk sekali transaksi ia dibayar Rp 700 ribu hingga Rp 800 ribu.

Dari uang itu, Zahra bisa membantu membayar hutang bapaknya, cicilan motor, dan biaya sekolah kakak serta adik. Sebagian lagi, dipakai membiayai kebutuhan hidupnya.

Untuk menyamarkan pekerjaannya, Zahra pindah dari rumah keluarganya, dan tinggal di kos. Kepada orangtuanya, Zahra mengaku bekerja sebagai buruh pabrik di PekanBaru.

Zahra sempat menggantungkan harapannya pada seorang laki-laki yang membuatnya berhenti dari pekerjaan "kotornya" itu. Laki-laki yang mau membantu keuangan keluarganya. Tapi, beberapa kali, Zahra mengalami kekerasan verbal dan fisik oleh sang pacar, yang kemudian dia tinggalkan.

"Harusnya menikah tahun ini, tapi 'kan udahan. Soalnya, baru tahu, makin ke sini, dia makin kasar. Gimana kalau rumah tangga," katanya. Bandarq Terbaik Di Asia



Kini, Zahra sedang menata kembali hidupnya. Beruntung, ia mendapatkan pekerjaan sebagai office girl di sebuah instansi pemerintahan. Gajinya tentu saja lebih kecil, tapi Zahra mengaku senang. Ia juga giat mengikuti kursus tata rias sebagai jalan untuk meraih cita-citanya sebagai makeup artist.

Satu yang jadi harapan dia saat ini, membantu sang mama.

"Pikiran saya sekarang cuma pengen bantuin mama doang, soalnya mama yang terus kerja, enggak pernah ngeluh. Mama kerja apa juga tetap mau, asalkan itu baik buat keluarga," ungkap Zahra. Air matanya berlinang.

Beberapa waktu lalu, Zahra bertemu dengan Ade Jasti, aktivis Komite Anti-Pemiskinan (KAP) Indonesia yang mendampingi anak-anak yang mengalami situasi Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA).

Zahra menjadi salah seorang anak dampingan Ade dan mengikuti sejumlah kegiatan, antara lain paduan suara, kursus tata rias, dan pendidikan kesehatan reproduksi. Zahra kemudian mengetahui sesuatu yang tak pernah dibayangkan selama ini: penyakit menular seksual, juga HIV.

Tak seperti Zahra, penampilan Zahra, bukan nama sebenarnya, tak beda dengan anak remaja pada umumnya. Wajahnya polos tanpa riasan. Sikapnya ceria yang sekaligus menampakkan keluguannya. Wajahnya selalu tersenyum memamerkan kawat gigi yang dipasang di rahang atasnya.

Melihat sosoknya, orang tidak akan menduga remaja putri ini telah "melayani" belasan bahkan puluhan pria dewasa. Sudah setahun ini Zahra menjadi pekerja seks komersial (PSK). Juga karena alasan klasik: kemiskinan.

Ayahnya seorang buruh bangunan, yang untuk mencukupi makan keluarga sehari-hari pun sering kesulitan. Zahra akhirnya keluar dari sebuah sekolah negeri favorit.


Part 2. besok guyys


Sahabatpoker Agen Domino99 Poker Online Bandarq Terbaik Di Asia

0 komentar:

Posting Komentar