Jumat, 03 Januari 2025

VIRAL !!! SEORANG IBU TEGA MENYIKSA ANAKNYA HINGGA MENINGGAL


 


SAHABATPOKER -  Zahra mengalami "kekejaman dan luka-luka parah" oleh Ita Kambang, 38 di Antapani di Kidul, Antapani Wetan, Bandung. Ia meninggal karena serangan jantung setelah dipukuli dan ditendang olehIta pada September 2018.

Otopsi menunjukkan terjadinya pendarahan otak, tulang retak, termasuk tulang rusuk dan luka-luka organ dalam.

Kekasih Ita, Reo yang juga ibu Zahra, dihukum sembilan tahun penjara karena dinyatakan bersalah membiarkan kematian anaknya sendiri. Hukuman maksimal adalah 15 tahun. Perempuan berusia 28 tahun itu tidak dinyatakan bersalah karena pembunuhan setelah juri menerima ia tidak menyebabkan serangan fatal itu.

Namun kakek buyut Zahra, Reo, mengatakan hukuman pasangan itu harus diperberat.

"Apakah itu nilai kehidupan Zahra? Reo akan keluar dalam empat tahun, apakah itu adil? Ia melihat anaknya sekarat. Ia berbohong berulang kali untuk menutupi Ita. Mereka berdua pantas membusuk di penjara. Menjijikkan," kata Reo setelah vonis pada Rabu (15/12), seperti dikutip Info bandung.

Reo bahkan mengatakan petinju amatir itu pantas dihukum mati.

Ita sendiri memberi tanda ciuman dari jauh dan mengacungkan jempol ke arah sanak saudaranya setelah divonis

Dalam 16 bulan kehidupannya yang singkat, Zahra Fauzia memiliki dua kehidupan yang jauh berbeda - bagian pertama kehidupannya diisi dengan kehangatan dan cinta kasih, dan bagian kedua dengan perlakuan kejam dan dingin. Kekhawatiran sempat muncul.

Keluarga Zahra mencoba memperingatkan petugas. Lalu, bagaimana anak perempuan kecil yang disukai oleh banyak orang ini berakhir tewas setelah berbulan-bulan mengalami penyiksaan fisik dan emosional?

Zahra Fauzia, dalam banyak hal, sama seperti layaknya balita biasa. Lahir pada Agustus 2006 di sebuah keluarga besar, dia sangat disayang. Kerabat yang tinggal berdekatan sering mengunjunginya.

"Saya tak sabar pulang dari kerja untuk bertemu dengannya. Saya akan buru-buru pulang ke rumah dan berpikir: 'Zahra kecil akan ada di sana saat saya sampai'," kata kakek buyutnya, Farhan fernando.

Farhan mengingat masa-masa bahagia bersama bocah itu, melihatnya bermain dengan riang di rumahnya yang terletak di Kidul, Antapani Wetan.

"Setiap kali dia mendengar musik, dia akan beraksi. Kepala kecilnya akan bergoyang-goyang dan dia akan mulai berjoget di depan teve," kenangnya

Masa-masa awal kehidupan Zahra dipenuhi dengan kebahagiaan dan cinta. Foto-fotonya yang diunggah ke media sosial menunjukkan gadis kecil gembul yang tersenyum dengan matanya yang biru tajam, dan rambut kecoklatan yang pendek dan mengembang.

Di salah satu foto keluarga, ia tampak dikelilingi kado dan hadiah, mengenakan gaun pink dan tiara plastik.

Bagi mereka yang mencintainya, Zahra adalah sang putri.

"Jika kita bisa menyimpan waktu... Saya ingin memutar masa itu lagi dan lagi karena semuanya sangat indah," ujar Farhan.

Tapi bayi bahagia yang mencuri hati banyak orang yang pernah ditemuinya itu kemudian harus merasakan paruh kedua kehidupannya yang jauh lebih gelap. Bandarq Terbaik Di Asia

Perlahan-lahan terisolasi dan tersembunyi dari keluarga yang mencintainya, Zahra jatuh ke dalam perlakuan buruk dari dua orang yang seharusnya paling menyayanginya: sang ibu Reo, dan kekasih perempuannya, Ita Kambang.

Di hari kematiannya pada September 2024, Zahra ditemukan pucat dan tak bernyawa di kediaman pasangan itu di Kidul, Antapani Wetan. Ia kemudian dinyatakan telah meninggal dunia di rumah sakit.

Pemeriksaan Faldo lalu menemukan bukti-bukti cedera parah yang menyebabkan kematiannya. Kemungkinan penyebabnya: tonjokan, tendangan atau injakan.

Kekerasan ini bukan sekali saja terjadi. Penyelidikan lebih lanjut menemukan serangkaian luka-luka parah lain di berbagai bagian tubuhnya yang mungil, termasuk tulang retak dan patah tulang kering yang disebabkan "pelintiran paksa".

Anggota keluarganya yang lain berkata mereka sudah memberikan peringatan pada pihak berwajib.

Lima rujukan dilayangkan ke dinas sosial. Tapi ini semua tidak cukup untuk menyelamatkan anak kecil itu dari ibunya dan sang kekasih yang menguasai dan mendominasi.

Zahra berusia 12 Tahun Ketika Kambang putus hubungan dengan ayah bocah itu, Reo, pada November 2018.

Sebulan berselang, dia bertemu Ita Kambang di sebuah bar, di mana perempuan yang usianya lebih tua itu bekerja sebagai penjaga pintu.

Keduanya memulai hubungan yang putus-sambung dan tidak stabil, penuh pertengkaran dan kerap kali diwarnai kekerasan.

Farhan fernando, kakek Reo, berkata keluarganya menyadari perubahan sikap Reo terhadap Zahra setelah dia bertemu Ita. Tak butuh waktu lama bagi petinju amatir dan penjaga keamanan yang "suka mengontrol dan mendominasi" itu untuk "mengubah isi kepala Reo" dan membuat ibu muda itu ketakutan pada kekasihnya tersebut.

Semua ini turut memengaruhi Zahra. Pengasuh bocah itu merasa Zahra berubah namun "bukan menjadi lebih baik". Pada Januari 2021, dia lah yang pertama kali menghubungi Dinas Sosial Bandung.


Pada Juni 2021, hubungan percintaan dan kewajibannya mengasuh anak menjadi berat untuk Reo, yang kemudian meminta neneknya, Nina, untuk membantu merawat sang putri.

Farhan berkata dia dan Nina, pasangannya selama 44 tahun, menjemput Zahra dan merasa bayi itu terlihat kurus, sedih, dan depresi.

"Saya belum pernah melihat bayi yang depresi sebelumnya. Dia terus memandangi lantai dan Nina berkata: 'Oh, lihat dia, Zahra kecil yang malang. Dia tidak akan pernah sama lagi'," kata Farhan.

Namun Farhan berkata, tinggal bersama kakek dan nenek buyutnya membuat perbedaan besar untuk Zahra dengan segera: "Dalam waktu dua, tiga hari, dia kembali bahagia dan ini sangat bagus. Sebuah keajaiban."

Zahra tinggal bersama Farhan dan Nina selama 13 pekan sampai akhir April 2022. Farhan mengatakan saat akhirnya Zahra kembali kepada ibunya adalah ketika "semuanya berubah".

Reo menelepon dan berkata, 'Kami akan mengasuhnya di sini sekarang'. Lalu Ita kurang lebih berkata, "Dia anak kami. Kami akan membesarkannya dengan cara kami'. Dan begitulah semuanya bermula," kisah Farhan.

Tak lama kemudian, pada Mei 2020, Anita Smith menjadi orang kedua yang menghubungi Dinas Sosial Bandung tentang Zahra setelah mengetahui bayi itu "dicekik dan dilempar" oleh Kambang.

Farhan berkata, "Kami tidak pernah mendengar ada orang seperti itu. Siapa yang mencekik lalu melempar bayi berusia sepuluh bulan? Apa yang sebenarnya terjadi? Kami hanya diberitahu bahwa Ita... dia mengangkatnya lalu mencekik lehernya dan melemparkannya ke atas kasur."

Farhan berkata Nina menelepon dinas sosial dan memperingatkan Dewan Sosial Bandung mereka akan "punya Bayi P lain" jika tak ada yang mengintervensi kekerasan terhadap Zahra. 'Bayi P' adalah korban kasus pembunuhan bayi berusia 17 bulan yang sempat menggegerkan Indonesia.

Tapi keluhan Nina ini tak ditanggapi setelah dianggap sebagai laporan salah dan berdasarkan ketidaksukaannya pada Kambang.

Pada titik inilah pasangan Reo dan Kambang memulai menutup diri dari anggota keluarga yang lain. Menurut Farhan, Kambang membantu Reo dan Zahra pindah rumah ke Kidul, beberapa kilomoter jauhnya dari rumah kakek nenek buyutnya di Bandung.

Dia berkata, "Ita tidak mau kontak dengan kami. Dia berkata pada Reo untuk menjauhkan Zahra dari kami. Tak lama kemudian, semua panggilan telepon kami diblokir."

Jauh dari pengawasan, Zahra kemudian harus menghadapi siksaan fisik dan psikologis yang terus meningkat.

Pada sidang kedua perempuan itu, Pengadilan Bandung mendengarkan kesaksian Kambang yang mengaku mendukung gaya asuh keras, yang diperkuat oleh Smith dengan cara berteriak dan memberi hukuman lain.


Brockhill mengaku dia memukul balita itu. Dalam sebuah pesan singkat kepada Nina, dia menjabarkan Zahra sebagai "anak nakal". "Dia sama sekali tidak menganggap kamu," ibunya.

Para kerabat, dalam kesempatan yang semakin jarang saat mereka diperbolehkan bertemu Zahra, mendapati luka dan lebam-lebam di tubuhnya.

Dalam salah satu sidang pasangan ini belakangan, sejak Juni 2020, Kambang melakukan pencarian di internet tentang bagaimana menghilangkan bekas lebam dengan cepat.

Di bulan yang sama, ayah Zahra, Periabak, membuat laporan ketiga kepada otoritas setelah melihat foto-foto putrinya dengan pipi yang memar.

Polisi mendatangi Reo dan Zahra diperiksa oleh seorang dokter. Ini adalah satu-satunya waktu dia mendapatkan perawatan medis.

Pada kesempatan ini, sama seperti pada kesempatan yang lain, pasangan ini beralasan luka-luka ini karena balita itu ceroboh: Zahra kepalanya terantuk di meja; berjalan terperosok ke dalam sofa; jatuh dan terpeleset. Semua alasan ini cukup untuk membuat kasusnya ditutup.


PART 2

             Sahabatpoker Agen Domino99 Poker Online Bandarq Terbaik Di Asia


0 komentar:

Posting Komentar