Kamis, 13 Februari 2025

KISAH NYATA !!! ANAK & IBU PART>> 3



SAHABATPOKER _
“kontol anakmu enak, bu? Enak dientot anak sendiri, bu?”


“enak, ndi…. Enak…… goyang ibu yang keras, ndi….”

Akhirnya, dalam waktu yang sama kami berdua berteriak keras saat orgasme melanda. Spermaku berhamburan masuk ke rahim ibu seakan tak mengerti bahwa mereka tidak berguna, karena rahim itu sudah mempunyai penghuni, dan tidak ada lagi sel telur yang dapat dibuahi….

Akhirnya kami sampai juga di rumah Tante Mar. Saat itu sudah pukul 8 lewat. Mbak Fitri yang membukakan pintu. Mbak Fitri itu tinggi seperti Om Jon. Tingginya sekitar 170 cm. Kulit Mbak Fitri putih dan hidungnya mancung, namun matanya sedikit sipit. Walaupun dadanya tidak sebesar ibu atau Tante Mar, tapi dada itu mancung dan proporsional untuk tubuh langsingnya. Ukurannya 36 A.

Tak beberapa lama kami semua makan. Tante Mar dan ibu asyik berbicara, sementara ada keheningan di antara aku dan Mbak Fitri. Setelah kami selesai makan, ibu dan Tante Mar beranjak ke sofa dan menyuruh kami untuk jangan mengganggu mereka karena ada yang ingin dibicarakan. Mbak Fitri menemaniku dan mengajakku ngobrol di kamarnya sementara aku dengan malu-malu menjawab sedikit-sedikit. Ada ceritanya kenapa aku malu-malu.

Sedari dulu, Tante Mar dan Ibu memang dekat. Seringkali di akhir pekan saling mengunjungi sehingga aku dan Mbak Fitri juga lumayan dekat. Aku sudah naksir Mbak Fitri jauh sebelum aku mulai terobsesi dengan ibu. Pertama-tama aku hanya merasakan sangat sayang selayaknya seorang adik kepada kakaknya. Namun semenjak kelas 6 SD tiga tahun yang lalu, saat pergaulanku di sekolah mulai membuat aku tahu mengenai pacaran dan ciuman, aku mulai melihat Mbak Fitri secara lain. Ingin sekali aku mencium bibirnya yang mungil dan merah itu. Apalagi Mbak Fitri yang berusia 17 tahun mulai menunjukkan tubuh seorang gadis. Kedua payudaranya sudah membentuk dan terlihat menggunung. Aku yang sebelumnya tidak menyadari, menjadi sadar penuh bahwa Mbak Fitri adalah gadis yang seksi.

Saat itu aku dan ibu sedang menginap di rumah Tante Mar. Masih teringat jelas olehku saat itu aku sedang menemani Mbak Fitri yang mengerjakan tugas di komputernya. Komputer itu ditaruh di meja yang rendah sehingga tidak perlu menggunakan meja. Mbak Fitri saat itu memanggilku karena ia hendak mengajariku cara menulis dokumen menggunakan * Word.

Aku bersimpuh menyamping di belakang Mbak Fitri namun agak ke kanan agar aku bisa melihat layar computer. Saat itu sore hari, Mbak Fitri baru saja mandi dan menggunakan daster bertali tipis. Bukan daster tembus pandang, hanya daster anak remaja biasa bermotif kotak-kotak. Namun dengan posisiku saat itu, kepalaku tepat di sebelah kanan pundaknya namun dari belakang. Hidungku berjarak sekitar 20 cm dari lengan telanjangnya. Tubuh Mbak Fitri begitu harum. Bandarq Terbaik Di Asia



Sambil bekerja, Mbak Fitri menjelaskan banyak hal yang sedikit sekali kudengar. Yang jelas, entah kenapa aku mulai berani mendekatkan kepalaku sedikit demi sedikit ke pundaknya. Kehangatan badan Mbak Fitri mulai kurasakan selain panasnya suhu tubuhku sendiri yang dipacu oleh debaran jantungku yang mulai menggila.

Sedikit demi sedikit hidungku mendekat. Akhirnya dalam gerakan cepat, hidungku bersentuhan dengan pundak lengannya yang halus, namun secepat itu pula aku menarik kepalaku. Mbak Fitri Nampak sedikit terkejut dan menoleh ke arahku, sementara aku pura-pura manggut-manggut dan melihat layar computer.

Mbak Fitri kembali menatap layar dan aku menjadi lega. Namun di lain pihak, aku menjadi horny dan ingin kembali merasakan kehalusan kulit kakak sepupuku itu. Aku mendapat ide. Aku segera mendoyongkan badan kedepan sehingga daguku menempel di pundaknya sedikit sambil menunjuk layar monitor dan bertanya,

“Itu yang namanya kursor ya? yang kelap-kelip itu?”

Mbak Fitri kemudian mengangguk dan menjabarkan kegunaan kursor kepadaku. Sementara aku hanya berfokus kepada daguku yang menempel di pundaknya. Mbak Fitri tidak curiga apa-apa. Ia terus bekerja sambil kadang menjelaskanku mengenai office. Lama-kelamaan aku beringsut ke samping Mbak Fitri dan menggelayutkan daguku di pundaknya.

“kenapa dek?” katanya sambil menoleh ke belakang yang membuat pipinya hampir tabrakan dengan hidungku.

“Andi kan pendek, Mbak. Kalo ga berjingkat ga kelihatan. Cuma kalo naruh dagu di pundak gini jadi pegel juga. Soalnya harus berlutut. Gimana kalo Andi peluk dari belakang aja terus nyender ke Mbak Fitri?”

“Ada-ada saja, kamu. Terserah gimana enaknya aja,” jawabnya tanpa menaruh curiga.

Aku dengan senang hati merubah dudukku. Kini kedua kakiku mengangkang mengapit tubuhnya dari belakang, namun tidak sampai kena. Malu juga kalau batangku yang sudah keras dirasakan Mbak Fitri menekan tubuhnya. Namun kedua tanganku melingkari perutnya dari belakang dan karena aku pendek, maka kini hanya mataku yang melewati pundaknya. Sementara hidungku sudah dekat sekali dengan pundak Mbak Fitri. Bahkan nafasku yang hangat dapat aku rasakan terpantul pundak putihnya yang mengkilat bagai porselen cina.

Tubuh Mbak Fitri harum sekali. Aku menjadi lupa daratan, sementara aku tidak dengar lagi suara indah Mbak Fitri sedang berbicara padaku sambil mengetikkan essay yang adalah pekerjaan rumahnya. Sedikit demi sedikit hidungku mendekati pundaknya. Ini berarti bibirku juga mulai mendekat. Entah berapa menit aku tidak menyadari hingga akhirnya hidungku menempel pundak kanan Mbak Fitri dan bibirku perlahan menyentuh juga pundak belakang Mbak Fitri.


LANJUT PART>> 4


Sahabatpoker Agen Domino99 Poker Online Bandarq Terbaik Di Asia



0 komentar:

Posting Komentar